Imunoterapi Kanker Terkait dengan Peningkatan Risiko Kolestasis Hati

Sebuah studi global menunjukkan bahwa imunoterapi kanker mutakhir, meskipun efektif menyelamatkan nyawa, memiliki risiko tersembunyi: dapat menyebabkan kolestasis, suatu kondisi hati serius yang menyebabkan aliran empedu terhambat. Setelah menganalisis 634 laporan pasien dari basis data keamanan obat global (FAERS dan VigiBase), para ilmuwan menemukan bahwa pasien yang menjalani imunoterapi memiliki risiko kolestasis yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penerima kemoterapi. Mereka yang berusia di bawah 65 tahun menghadapi risiko yang lebih besar, dan perempuan mengalami gejala beberapa minggu lebih awal daripada laki-laki (median 1,17 bulan vs. 1,90 bulan).

Obat anti-PD-1 (misalnya, pembrolizumab) dan rejimen kombinasi memiliki risiko terbesar. Pada model tikus, kombinasi anti-CTLA-4/anti-PD-L1 menyebabkan kerusakan saluran empedu yang parah. Analisis molekuler menghubungkan kondisi ini dengan metabolisme asam empedu yang abnormal dan jalur inflamasi.

"Ini bukan tentang meninggalkan imunoterapi — imunoterapi menyelamatkan nyawa. Namun, kita perlu memantau fungsi hati secara agresif, terutama pada bulan pertama pada wanita dan pasien muda. Deteksi dini kolestasis mencegah kerusakan permanen," kata Peng Luo, PhD, penulis senior studi di Southern Medical University.

Anehnya, kolestasis seringkali berkembang tanpa gejala hepatitis klasik, menunjukkan bahwa tes fungsi hati standar saja mungkin tidak cukup. Tim ini menyarankan agar tes asam empedu ditambahkan ke dalam kit pemantauan standar.

Studi ini dipublikasikan dalam Jurnal Bedah Internasional.