Polusi TFA: Bahan Kimia Berumur Panjang Terancam Dilarang di Eropa

TFA, produk sampingan industri yang ada di mana-mana dan hampir tidak dapat dihancurkan, terakumulasi di lingkungan, perairan, makanan, dan bahkan tubuh manusia. Regulator Eropa sedang mempertimbangkan untuk melarangnya meskipun terdapat perbedaan pendapat di antara para ilmuwan.

Setiap kali hujan atau salju turun, produk aktivitas manusia, asam trifluoroasetat (TFA), jatuh dari langit. Molekul ini telah ditemukan di sungai, danau, air minum, bir, biji-bijian, hati hewan, bahkan darah dan urine manusia. Dan kadar TFA di lingkungan terus meningkat.

Peningkatan konsentrasi

Selama 40 tahun terakhir, kadar TFA telah meningkat 5-10 kali lipat pada daun pohon di Jerman, di gletser Arktik, dan di air tanah Denmark. Karena ikatan kuat antara karbon dan fluorin, TFA tidak terurai secara alami dan merupakan bagian dari golongan yang disebut "bahan kimia abadi" (PFAS).

Kontroversi Keamanan

Meskipun beberapa PFAS telah dinyatakan beracun dan dilarang, dampak kesehatan TFA terhadap manusia masih belum jelas. Studi pada hewan menunjukkan potensi toksisitas pada dosis tinggi, termasuk efek buruk pada perkembangan janin pada tikus dan kelinci. Namun, kadar yang menyebabkan efek ini ratusan ribu kali lebih tinggi daripada yang ditemukan dalam air minum.

Namun, pada Juni 2024, dua lembaga Jerman mengajukan permintaan kepada Badan Kimia Eropa (ECHA) untuk mengklasifikasikan TFA sebagai toksik bagi reproduksi dan sebagai polutan yang sangat persisten dan mudah bergerak. Pembahasan proposal ini berlanjut hingga 25 Juli 2025.

Kontroversi di komunitas ilmiah

Beberapa ilmuwan, termasuk Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA), berpendapat bahwa TFA tidak boleh disamakan dengan PFAS lainnya karena tidak terakumulasi dalam tubuh, mudah dikeluarkan melalui urin, dan bertindak lebih seperti garam. Namun, yang lain memperingatkan bahwa dengan asupan konstan dari makanan dan air, konsentrasinya pada manusia dapat meningkat. Lebih lanjut, percobaan pada tikus menunjukkan efek biologis yang tak terduga, termasuk dampak pada kadar kolesterol.

Dampak lingkungan

TFA mudah larut dalam air, diserap tanaman, tetapi tidak menguap atau hilang, dan terakumulasi di dalam tanah. TFA telah terbukti memperlambat dekomposisi daun dan menurunkan pH tanah. Hal ini dapat memengaruhi pemulihan nutrisi di ekosistem hutan.

Apa berikutnya?

Beberapa negara telah mengambil tindakan. Jerman dan Belanda telah menetapkan kadar maksimum TFA dalam air minum, dan Denmark telah melarang beberapa pestisida pembentuk TFA. Sebagai bagian dari tinjauan peraturan PFAS, ECHA mungkin akan memasukkan TFA ke dalam daftar zat yang akan dilarang sepenuhnya, yang akan berdampak buruk bagi refrigeran, pestisida, dan obat-obatan.

Kami butuh jawaban

Para peneliti menyerukan lebih banyak studi toksikologi, khususnya pada paparan dosis rendah kronis terhadap TFA, dan pertimbangan cermat terhadap semua sumber pelepasannya ke lingkungan.

Waktu tidak berpihak pada kita

Sebagaimana ditunjukkan oleh ahli kimia analitik F. Freeling, meskipun sebagian TFA terbentuk secara alami, peningkatan tajam kadarnya dalam beberapa dekade terakhir jelas disebabkan oleh aktivitas manusia. Dan karena tidak ada mekanisme alami untuk memecah TFA, konsentrasinya hanya akan meningkat. "Waktu tidak berpihak pada kita," ia memperingatkan.