Calon ayah perlu melawan kelebihan berat badan

Para ahli mendesak para ayah masa depan untuk menurunkan berat badan berlebih sebelum mengandung anak.

Sebuah studi baru oleh para ilmuwan Melbourne menunjukkan bahwa kemampuan reproduksi seorang ayah dapat dipengaruhi secara signifikan oleh obesitas atau bahkan kelebihan berat badan.

Hal ini dapat memengaruhi kualitas sperma, perkembangan kehamilan, dan menyebabkan perubahan pada plasenta. Selain itu, pria yang mengalami obesitas memiliki peluang lebih rendah untuk menjadi seorang ayah.

Risiko terhadap kesehatan anak biasanya dikaitkan dengan kelebihan berat badan sang ibu, sementara sang ayah diabaikan.

Para ahli dari Universitas Melbourne prihatin dengan opini publik ini dan menghimbau para ayah di masa depan untuk mempertimbangkan kembali pandangan mereka tentang konsepsi dan kehamilan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutip angka yang mengecewakan – 75% dari populasi pria Australia memiliki masalah dengan berat badan berlebih. Angka-angka ini jauh melebihi rata-rata global, yaitu 48%.

Hasil penelitian tersebut dipresentasikan pada pertemuan ilmiah tahunan Dewan Endokrinologi Australia dan Dewan Biologi Reproduksi, yang berlangsung dari tanggal 26 hingga 29 Agustus 2012.

Studi ini ditulis oleh Profesor David Gardner, Dr Natalie Hannan dan mahasiswa PhD Natalie Binder.

"Banyak orang di Australia yang mengalami masalah ini. Jumlah pria gemuk di usia produktif meningkat tiga kali lipat dalam satu dekade terakhir," kata Profesor Gardner. "Banyak orang tidak menyadari tanggung jawab yang mereka miliki. Mereka harus menjaga kesehatan mereka jika mereka akan melahirkan kehidupan baru, yang merupakan misi kami."

Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan beralih ke fertilisasi in vitro (teknologi reproduksi berbantuan yang digunakan dalam kasus infertilitas). Dengan menggunakan teknologi ini pada hewan, para ilmuwan dapat menemukan hubungan antara obesitas pada ayah dan perkembangan janin.

Para spesialis memperoleh embrio dari tikus jantan dengan berat badan normal dan tikus jantan yang sebelumnya “diberi” diet cepat saji yang berlangsung selama sepuluh minggu.

"Kami menemukan keterlambatan dalam perkembangan embrio dari donor yang "obesitas". Selain itu, tingkat implantasi embrio di rahim dan perkembangan janin menurun hingga 15% dibandingkan dengan embrio yang donornya tidak menderita obesitas," kata Natalie Binder. "Ini membuktikan bahwa obesitas pada ayah tidak hanya berdampak negatif pada perkembangan embrio, tetapi juga mempersulit prosedur implantasinya di rahim. Selain itu, masalah kelebihan berat badan pada pria membahayakan perkembangan normal dan kesehatan keturunan di masa mendatang."

[ 1 ], [ 2 ], [ 3 ], [ 4 ], [ 5 ], [ 6 ]