Bagaimana adegan kehidupan membentuk kesadaran dan menciptakan kenangan

Hidup terdiri dari serangkaian kejadian kecil: membuat kopi pagi, mengajak anjing keluar, membuka laptop, mengajak anjing masuk kembali. Semua kejadian ini menjadi satu hari penuh. Otak kita terus-menerus mengamati dan memproses kejadian yang membentuk kehidupan kita sehari-hari, kata Jeff Zacks, Ketua Edgar James Swift bidang Seni dan Sains di University of Washington dan ketua Departemen Ilmu Psikologi dan Neurobiologi.

"Memahami di mana suatu peristiwa dimulai dan berakhir sangat penting untuk memahami dunia," kata Zacks.

Dalam dua makalah baru, Zacks dan peneliti lain dari Fakultas Seni dan Sains dan Sekolah Teknik McKelvey mengeksplorasi proses utama dalam kognisi manusia ini.

Zacks memimpin sebuah penelitian di mana model komputer dilatih untuk menonton lebih dari 25 jam rekaman video orang-orang yang melakukan tugas-tugas sederhana sehari-hari, seperti membersihkan dapur atau memasak, dan kemudian membuat prediksi tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Penelitian tersebut menghasilkan temuan yang mengejutkan: Model komputer paling akurat ketika mereka menanggapi ketidakpastian. Ketika model tersebut sangat tidak yakin tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, model tersebut mengatur ulang pengaturannya dan mengevaluasi ulang kejadian tersebut, yang meningkatkan pemahamannya secara keseluruhan.

Rekan penulis studi tersebut, yang diterbitkan di PNAS Nexus, adalah Thanh Nguyen, mahasiswa pascasarjana di Zachs Dynamic Cognition Lab; Matt Bezdek, ilmuwan peneliti senior di lab tersebut; Aaron Bobick, profesor dan dekan McKelvey School of Engineering; Todd Braver, Profesor William R. Stakenberg bidang Nilai-Nilai Kemanusiaan dan Pengembangan Moral; dan Samuel Gershman, ahli saraf di Harvard.

Zacks sebelumnya berteori bahwa otak manusia sangat peka terhadap kejutan-kejutan kecil yang mengisi hidup kita. Ia menyarankan bahwa orang-orang melebih-lebihkan suatu kejadian setiap kali mereka menyadari sesuatu yang tidak terduga, sebuah fenomena yang dikenal sebagai "kesalahan prediksi." Namun, temuan bahwa model komputer yang berhasil lebih memperhatikan ketidakpastian daripada kesalahan prediksi menimbulkan keraguan pada teori tersebut.

"Kami melakukan sains," kata Zacks. "Kami merevisi teori saat dihadapkan dengan data baru."

Kejutan tetap penting, dan tidak perlu meninggalkan konsep kesalahan prediksi sepenuhnya, kata Nguyen. "Kami mulai berpikir bahwa otak menggunakan kedua mekanisme tersebut," katanya. "Ini bukan masalah memilih salah satu di antara yang lain. Setiap model dapat memberikan kontribusi unik bagi pemahaman kita tentang kognisi manusia."

Peran Memori dalam Pemrosesan Peristiwa

Maverick Smith, seorang ilmuwan peneliti di Dynamic Cognition Lab, juga mempelajari hubungan antara pemahaman peristiwa dan memori. Bekerja sama dengan Heather Bailey, mantan peneliti pascadoktoral WashU yang kini menjadi asisten profesor di Kansas State University, Smith turut menulis artikel ulasan di Nature Reviews Psychology, yang mengumpulkan bukti yang berkembang bahwa memori jangka panjang terkait erat dengan kemampuan untuk secara logis dan akurat menentukan di mana satu peristiwa berakhir dan peristiwa lain dimulai.

"Ada banyak perbedaan individu dalam kemampuan mengidentifikasi awal dan akhir suatu peristiwa, dan perbedaan ini dapat memprediksi seberapa baik orang mengingat peristiwa di kemudian hari," kata Smith. "Kami berharap dapat mengembangkan intervensi yang dapat meningkatkan daya ingat dengan membantu orang-orang mengelompokkan peristiwa dengan lebih baik."

Pengaruh usia terhadap persepsi peristiwa

Seperti Zacks, Smith mengandalkan klip video untuk lebih memahami bagaimana otak memproses berbagai peristiwa. Alih-alih memasak atau membersihkan, videonya memperlihatkan seseorang berbelanja di toko, menyiapkan printer, atau melakukan tugas-tugas rutin lainnya. Dalam berbagai eksperimen, penonton menekan tombol saat mereka yakin suatu peristiwa akan dimulai atau berakhir. Smith kemudian menguji ingatan peserta terhadap video tersebut dengan serangkaian pertanyaan tertulis.

Smith menemukan bahwa orang lanjut usia mengalami kesulitan dalam memproses peristiwa, yang mungkin berperan dalam penurunan daya ingat terkait usia. "Mungkin ada cara untuk membantu mereka mengingat peristiwa dalam hidup mereka dengan lebih baik," katanya.

Penelitian lebih lanjut

Zacks, Nguyen, Smith, dan anggota lain dari Departemen Ilmu Psikologi dan Neurobiologi memiliki rencana ambisius untuk lebih jauh mempelajari kemampuan otak dalam memproses dan mengingat berbagai peristiwa. Tim Zacks tengah berupaya menggunakan fMRI untuk melacak reaksi 45 peserta terhadap video berbagai peristiwa sehari-hari secara langsung. "Kami tengah mempelajari proses neurodinamik aktual dari fungsi-fungsi kognitif ini," kata Zacks.

Studi lain melacak gerakan mata, memberikan wawasan baru tentang cara kita melihat dunia. "Ketika orang mengamati aktivitas sehari-hari, mereka menghabiskan banyak waktu mengamati tangan orang lain," jelas Zacks.

Smith saat ini menggunakan eksperimen berbasis video untuk menguji apakah ia dapat meningkatkan daya ingat peserta studi — termasuk orang dewasa yang lebih tua dan mereka yang menderita penyakit Alzheimer — dengan mempermudah identifikasi batas-batas antara berbagai peristiwa. Pada akhirnya, ia ingin memahami bagaimana pengamatan berbagai peristiwa disimpan dan dipertahankan dalam memori jangka panjang.

"Beberapa orang jelas lebih baik daripada yang lain dalam membagi peristiwa menjadi bagian-bagian yang bermakna," kata Smith. "Dapatkah kita meningkatkan kemampuan itu, dan apakah itu akan menghasilkan ingatan yang lebih baik? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang masih kami coba jawab."