Cokelat batangan berbahan dasar limbah bir

Selama proses pembuatan bir, sejumlah besar limbah tertinggal, hanya 10% dari total volume komponen yang berakhir pada produk akhir. Limbah tersebut sebagian besar adalah sisa tanaman biji-bijian, yang disebut gabah pembuat bir.

ReGrained yang berpusat di California telah mengusulkan penggunaan limbah bir tidak hanya sebagai pakan ternak, pupuk, atau untuk menanam jamur, tetapi juga sebagai komponen dalam produksi pangan (dalam bentuk tepung atau gandum utuh untuk pembuatan kue).

Industri pembuatan bir menggunakan lebih dari dua miliar kilogram biji-bijian setiap tahun, dan ampas yang tersisa setelah pembuatan bir dapat digunakan oleh berbagai perusahaan, termasuk produsen yang menggunakan limbah bir daur ulang untuk menghasilkan produk makanan. Selain itu, perusahaan pembuatan bir, terutama yang berlokasi di luar kota, sering kali membuat kontrak dengan pertanian dan memasok ampas setelah pembuatan bir untuk pakan ternak atau sebagai pupuk untuk ladang.

Pabrik bir di kota, karena tidak mungkin menjual semua limbahnya ke peternakan (karena hanya sedikit peternakan di kota yang dapat mengolah limbah bir), dapat menggunakan ampas yang tersisa untuk dijadikan kompos. Namun perlu dicatat bahwa limbah bir memiliki sifat makanan yang langka, yang digunakan oleh ReGrained.

Para pendiri perusahaan, Jordan Schwartz dan Daniel Kurzrock, memutuskan untuk menggunakan limbah bir sebagai komponen utama pembuatan roti. Ide untuk menggunakan limbah bir untuk menghasilkan makanan bukanlah hal baru, tetapi ReGrained ingin menggunakan limbah industri bir dalam bentuk aslinya, yaitu menghasilkan makanan sehat dari biji-bijian atau tepung, khususnya batangan, sehingga seseorang dapat "memakan" bir. Memang, batangan seperti itu tidak akan mengandung alkohol, yang mungkin sedikit mengganggu penikmat minuman ini, tetapi ini tidak akan merusak rasa batangan sama sekali.

Perusahaan saat ini memproduksi dua jenis produk: dengan cokelat dan dengan aditif madu-vanili. Produk-produk tersebut dibuat menggunakan limbah bir dari pabrik-pabrik bir di dekatnya. Spesialis perusahaan juga mengembangkan resep-resep baru berdasarkan biji-bijian bir (kue, roti, muesli, dll.).

Limbah dari industri pembuatan bir mengandung protein, serat, dan memiliki tekstur serta rasa yang unik. Hal inilah yang memengaruhi pemilihan ampas biji-bijian sebagai bahan utama pembuatan roti, jelas Jordan Schwartz dan Daniel Kurzrock, yang juga percaya bahwa menggunakan sesuatu yang merupakan produk limbah dari industri lain sebagai bahan adalah ide yang menarik dan tidak biasa.

Menurut para pendiri perusahaan, mereka bermaksud memanfaatkan limbah pabrik bir sebagai bahan utama produk roti. Perusahaan bermaksud memproduksi berbagai macam produk - roti, kue, sereal, keripik, dan produk lainnya yang akan meningkatkan volume penggunaan produk yang sudah digunakan.