Banjir, kelaparan, dan perang menanti umat manusia di abad-abad mendatang

Sebuah laporan dipresentasikan di Yokohama, yang didedikasikan untuk masalah perubahan iklim di planet kita. Sebagaimana dinyatakan dalam laporan tersebut, perubahan ekosistem Bumi akan menjadi bencana besar dan tidak dapat diubah lagi.

Menurut para ahli, suhu rata-rata bumi akan meningkat mulai tahun 2016, dan pada tahun 2081 diperkirakan akan meningkat dua derajat. Pada dekade berikutnya, para ilmuwan memperkirakan konsekuensi dari pemanasan global: musim dingin yang sangat dingin dan pendek, panas yang tidak normal di musim panas, dan juga pada siang hari panas dan dingin dapat bergantian. Musim semi dan musim gugur tidak akan ada lagi dalam pemahaman kita yang biasa, kualitas udara akan memburuk secara signifikan, keasaman air lautan dunia akan meningkat.

Di daratan, suhu akan meningkat lebih cepat daripada di air. Para ilmuwan memperkirakan bahwa proses pemanasan akan berlangsung paling cepat di Kutub Utara. Ketinggian permukaan laut dunia akan naik hingga 0,98 meter akibat mencairnya gletser.

Banjir yang sering terjadi akan membunuh jutaan orang yang tinggal di pesisir, banyak spesies ikan dan hewan darat akan punah, produktivitas pertanian akan menurun secara signifikan, yang akan menyebabkan kelaparan dan kekurangan air minum di antara populasi yang terus bertambah.

Seperti yang dicatat para ahli, tidak ada satu wilayah pun di bumi yang dapat terhindar dari nasib ini. Menjelang akhir abad ini, banyak orang mungkin akan meninggal atau terpaksa pindah ke wilayah yang tidak terlalu berbahaya karena ancaman banjir.

Orang miskin akan menjadi pihak yang paling tidak terlindungi dalam menghadapi perubahan iklim, karena ekonomi serta pasokan air dan makanan akan terancam. Namun, negara-negara industri yang lebih maju pun akan menghadapi guncangan yang kuat. Bahkan jika orang-orang melakukan segala upaya yang mungkin untuk mencegah pemanasan, mekanisme yang telah diluncurkan tidak dapat dibatalkan dan akan berlangsung selama berabad-abad. Para ahli tidak ambigu dalam kesimpulan mereka: bagi semua politisi dunia, prioritas utama haruslah langkah-langkah untuk mengurangi emisi, dan sebagai hasilnya, radiasi, penyebab utama perubahan iklim di bumi, tetapi ini akan membutuhkan ratusan triliun dolar.

Meskipun laporan tersebut memiliki pandangan yang agak suram dan dingin tentang masa depan umat manusia, para ahli tetap tidak mengesampingkan sejumlah kemungkinan solusi untuk masalah ini. Laporan ini dapat mempersiapkan orang untuk beradaptasi lebih baik, jika perlu, pindah ke wilayah yang tidak terlalu berbahaya dan membangun dunia baru yang siap menghadapi perubahan iklim.

John Kerry, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, mencatat bahwa laporan tersebut merupakan tanda peringatan bagi masyarakat yang tidak dapat diabaikan. Menurutnya, masyarakat kita harus bertindak cepat dan tegas, karena seluruh cara hidup kita dan kehidupan itu sendiri berada dalam bahaya besar. Kerry juga mencatat bahwa tidak adanya tindakan sekarang berarti bencana yang cepat dan tak terelakkan mendekat.

Perlu dicatat bahwa Presiden AS Barack Obama mengusulkan paket rancangan undang-undang mengenai perubahan iklim, tetapi usulannya tidak mendapat dukungan memadai di Kongres.

Laporan baru ini dapat membantu membentuk undang-undang baru pada tahun 2015 untuk menggantikan Perjanjian Kyoto, yang berakhir pada tahun 2012.

[ 1 ]