Lingkungan yang buruk memicu rakhitis pada bayi baru lahir

Kesehatan bayi tidak hanya bergantung pada gizi yang baik, gaya hidup sehat dan aktivitas fisik ibu, tetapi juga pada udara yang dihirupnya.

Di banyak kota besar, polusi udara merupakan masalah utama. Para ahli ekologi mengatakan alasan utama masalah ini adalah rendahnya mobilitas massa udara, khususnya karena inversi suhu.

Kita menghirup "campuran" ratusan zat kimia organik dan anorganik. Sumber pengotor berbahaya di udara adalah transportasi dan perusahaan industri.

Udara yang tercemar berbahaya dan dapat menyebabkan penyakit jantung dan pernapasan kronis. Para ilmuwan telah menemukan mengapa udara yang tercemar berbahaya bagi wanita yang "dalam posisi".

Udara tercemar yang dihirup ibu hamil dapat memengaruhi penurunan kadar vitamin D pada bayi baru lahir. Hal ini sangat berbahaya pada bulan-bulan terakhir kehamilan.

Ini adalah kesimpulan yang dicapai oleh para ilmuwan Prancis dari Institut Kesehatan dan Penelitian Medis Nasional.

"Kami menemukan hubungan antara paparan polusi udara pada ibu dan jumlah vitamin D dalam serum bayi," kata penulis utama Nur Baiz. "Temuan kami mungkin yang pertama menunjukkan bahwa kualitas udara memengaruhi kadar vitamin D pada bayi baru lahir, yang mungkin menjadi penyebab penyakit terkait vitamin D."

Penelitian yang dilakukan para ilmuwan melibatkan 375 wanita hamil. Paparan nitrogen dioksida di udara dan partikel berukuran lebih kecil dari 10 mikron selama masa kehamilan merupakan penyebab kekurangan vitamin D pada bayi. Dampak terbesar dari polusi udara diamati pada trimester ketiga kehamilan.

Vitamin D diperlukan untuk metabolisme tulang yang normal. Kekurangan vitamin D menyebabkan rakhitis dan perkembangan kelemahan otot.

Para ahli mengkhawatirkan kesehatan generasi mendatang dan mengatakan bahwa jika situasi lingkungan ini tidak berubah, tetapi malah memburuk, maka umat manusia akan menghadapi konsekuensi yang mengerikan.

[ 1 ], [ 2 ], [ 3 ], [ 4 ]