Emosi menghalangi kita untuk membuat pilihan kita sendiri

Kadang-kadang, tanpa menyadarinya, seseorang membuat pilihan di bawah pengaruh orang-orang yang mirip dengannya.

Ini adalah kesimpulan yang dicapai oleh para ahli dari Sekolah Bisnis Norwegia.

Setiap hari orang dihadapkan pada pilihan, tanpa mengetahui keputusan mana yang benar. Itulah sebabnya kita sering mencari bantuan dari luar.

Selain lingkaran dekat, yang dapat memberi saran tentang solusi atas masalah yang menarik bagi kita, berdasarkan pengalaman mereka sendiri, ada "penasihat" lain - Internet. Hamparan luas World Wide Web memungkinkan seseorang untuk mengetahui pendapat orang lain tentang suatu produk atau layanan tertentu.

Misalnya, sebelum memesan kamar di hotel, hal pertama yang mungkin kita lakukan adalah membaca ulasan dari para tamu di forum dan mencari tahu seberapa baik penilaian dari para tamu tersebut memenuhi persyaratan kita.

Namun, ada perbedaan besar antara komentar pengguna. Bagaimanapun, ada yang berlibur di hotel bersama anak-anak dan ingin mendapatkan layanan dan hiburan keluarga, ada yang membutuhkan kedamaian dan ketenangan, dan, misalnya, sekelompok anak muda mencari hiburan yang sesuai dengan usia dan kebutuhan mereka.

Pengaruh opini orang lain terhadap kita ini diteliti oleh Ali Faraj Rad, kandidat PhD di Sekolah Bisnis Norwegia.

Ilmuwan melakukan serangkaian percobaan untuk mengidentifikasi hubungan antara kecenderungan kita dalam membuat keputusan dan pengaruh orang-orang yang mirip dengan kita dalam hal ini.

Peserta dalam percobaan diminta untuk membayangkan bahwa mereka perlu memesan kamar hotel dan mereka perlu melakukannya berdasarkan ulasan dari tamu hotel.

Profil tamu hotel dirancang agar semirip atau seberbeda mungkin dengan peserta tes.

Ternyata, “kelinci percobaan” lebih memercayai pendapat orang-orang yang mirip dengan mereka dibandingkan dengan orang-orang yang tidak sependapat dengan mereka.

Dalam percobaan pertama, satu kelompok peserta diminta untuk membuat pilihan berdasarkan perasaan dan emosi, sementara kelompok kedua mengandalkan pendekatan rasional dan logis dalam memilih hotel.

Hasilnya: mereka yang membaca ulasan dan membuat kesimpulan berdasarkan perasaan mereka cenderung lebih menyukai pendapat orang-orang yang mirip dengan diri mereka, sementara mereka yang mengandalkan logika tidak terpengaruh oleh kesamaan tersebut terhadap penasihat daring.

Dalam percobaan berikutnya, dua kelompok diminta untuk membayangkan bahwa mereka akan melakukan perjalanan untuk tujuan yang berbeda: kelompok pertama pergi sekadar untuk berlibur, dan kelompok kedua untuk alasan terkait pekerjaan.

Hasilnya: kelompok “pelancong” cenderung memilih hotel berdasarkan pendapat orang-orang di forum, sedangkan kelompok “pelancong bisnis” lebih memercayai pendapat mereka sendiri.

Selanjutnya, separuh dari subjek diminta untuk memilih hotel, dengan memperhitungkan bahwa mereka akan melakukan perjalanan (sekitar seminggu lagi), sementara kelompok lainnya diberi tahu bahwa “perjalanan” mereka akan dilakukan dalam setahun.

Hasilnya: partisipan yang "mempersiapkan" perjalanan dalam waktu dekat lebih rentan terhadap pendapat orang lain. Berdasarkan hal ini, para peneliti menyimpulkan bahwa pilihan kita lebih bergantung pada emosi jika menyangkut waktu dekat.

[ 1 ]