Gen umur panjang ternyata hanya mitos belaka

Gen umur panjang yang selama ini dicari-cari para ahli ternyata hanyalah mitos. Para ahli dari Amerika Serikat, setelah mempelajari orang-orang tertua di planet ini, tidak menemukan apa pun pada para relawan yang dapat menyerupai gen ini.

Para ahli memeriksa 17 orang berusia 110-116 tahun dan materi keturunan mereka dalam sebuah sel. Jumlah orang berumur panjang terbanyak ditemukan di kalangan wanita (16 wanita).

Setelah mempelajari genom para relawan, para ahli menyimpulkan bahwa tidak ada dasar genetis khusus untuk menegaskan keberadaan gen umur panjang.

Seperti yang dikemukakan Dr. Stuart Kim, yang terlibat dalam proyek penelitian tersebut, harapan hidup tidak terkait dengan gen spesifik yang memperlambat proses penuaan tubuh; sebaliknya, umur panjang merupakan hasil dari efek yang kompleks.

Semua relawan sangat berbeda satu sama lain, menjalani gaya hidup yang berbeda, dan berasal dari kelompok etnis yang berbeda. Perlu dicatat bahwa semua centenarian tidak mematuhi gizi yang tepat dan memiliki kebiasaan buruk (misalnya, setengah dari relawan memiliki kecanduan nikotin). Namun para ilmuwan mengatakan bahwa fakta ini tidak menunjukkan bahwa seseorang harus mengabaikan prinsip-prinsip gaya hidup sehat, karena beberapa di antaranya dapat menunda perkembangan pikun hingga rata-rata 12 tahun. Selain itu, olahraga dan gizi yang tepat akan membantu mencegah perkembangan penyakit jantung dan pembuluh darah.

Menurut rekomendasi WHO, joging selama 10 menit setiap hari sangat penting. Para ahli telah membuktikan manfaat tertentu dari aktivitas fisik bagi tubuh manusia.

Di Universitas Kesehatan Masyarakat Negeri Iowa, para ilmuwan menemukan bahwa hanya berlari selama 7 menit dapat mengurangi risiko serangan jantung dan stroke hingga 55%.

Joging selama 5-10 menit memiliki efek positif yang sama pada tubuh seperti latihan fisik selama 15-20 menit (dengan beban sedang). Seperti yang telah ditunjukkan oleh penelitian, aktivitas fisik yang singkat pun membantu meningkatkan kesehatan.

Para ahli mempelajari kesehatan lebih dari 55 ribu orang berusia 18 hingga 100 tahun selama lebih dari 15 tahun untuk mengidentifikasi hubungan antara harapan hidup dan lari.

Hasilnya, mereka yang rutin jogging memiliki risiko kematian 30% lebih rendah (dari penyebab apa pun). Selain itu, risiko kematian akibat penyakit jantung atau pembuluh darah berkurang hingga 45%.

Orang yang rutin berlari selama lebih dari 6 tahun memiliki risiko kematian 29% lebih rendah, dan angka kematian kardiovaskular pun berkurang setengahnya. Seperti yang ditemukan para ilmuwan, yang terbaik adalah berlari dengan kecepatan 12-13 km/jam, yang akan mengurangi kemungkinan terkena serangan jantung atau stroke hingga 60%.

Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian, rata-rata harapan hidup pelari meningkat tiga tahun, sedangkan kecepatan lari, jarak, dan waktu lari tidak menjadi masalah. Usia, jenis kelamin, berat badan, kesehatan umum, dan kebiasaan buruk juga tidak memengaruhi hasil.

Para ahli juga menemukan bahwa mereka yang berlari kurang dari 10 km, dengan kecepatan di bawah 10 km/jam, dan berolahraga 1-2 kali seminggu, juga memiliki risiko kematian yang lebih rendah, dibandingkan dengan mereka yang tidak berolahraga sama sekali.