Infeksi HIV: kemajuan di beberapa bidang sekaligus

Konferensi tentang Retrovirus dan Infeksi Oportunistik diadakan di Seattle (AS) - forum terbesar yang didedikasikan, antara lain, untuk HIV, dan perjuangan melawannya menjadi fokus acara tersebut.

Kepedihan pertemuan tersebut menggambarkan kemajuan yang dicapai di beberapa bidang setelah virus tersebut membingungkan para ilmuwan dengan ketidaktahuannya selama hampir tiga dekade. Sejumlah teknik baru telah diusulkan, mulai dari mengeluarkan HIV laten dari sel hingga mengekstraksi sel imun dari tubuh, mengubahnya sehingga menjadi kebal terhadap virus, dan menanamkannya kembali.

Kendala yang ada adalah fakta bahwa HIV “berada” di “tempat penyimpanan” infeksi laten, dan bahkan obat-obatan yang kuat tidak dapat menjangkaunya. “Pertama-tama kita perlu mengeluarkan virus dari keadaan laten, dan baru setelah itu kita dapat membantu sistem kekebalan tubuh mengatasinya,” kata Kevin De Cock, direktur Pusat Kesehatan Global di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

HIV, yang muncul lebih dari 30 tahun lalu, telah menginfeksi lebih dari 33 juta orang. Berkat langkah-langkah pencegahan, deteksi dini, dan obat antiretroviral baru, AIDS bukan lagi hukuman mati. Namun, biaya, efek samping, resistensi obat, dll., membuat penggunaan obat antivirus seumur hidup menjadi kurang ideal. Itulah sebabnya International AIDS Society secara resmi mendeklarasikan misinya tahun lalu untuk menemukan obat mujarab.

Uji coba vaksin pertama yang dirancang untuk mencegah dan mengobati infeksi pada manusia berakhir dengan kekecewaan. "Provirus" HIV, yang tertanam dalam DNA sel inang, tetap tidak dapat diakses. Sayangnya, satu provirus semacam itu terkadang cukup bagi infeksi untuk kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Masalahnya menjadi rumit karena HIV memiliki "reverse transcriptase," yang berarti ia terus bermutasi, dan sistem kekebalan tubuh tidak dapat mengimbanginya. Vaksin tersebut menginduksi pembentukan antibodi yang mengenali dan mengikat jenis permukaan virus yang sangat terbatas.

"Mengembangkan vaksin sangatlah sulit," kata John Coffin dari Universitas Tufts di AS. "Namun dalam beberapa tahun terakhir, pendulum telah berayun kembali." Ia mengacu pada kemajuan terkini dalam teknologi molekuler yang memungkinkan para peneliti memperoleh wawasan lebih dalam tentang mekanisme infeksi HIV.

Misalnya, Dennis Burton dari Scripps Research Institute (AS) melaporkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa "antibodi penetralisir luas" mampu mengenali HIV dan menembusnya (pekerjaan ke arah ini telah berlangsung selama bertahun-tahun). Dan Merck & Co. menyajikan data yang menunjukkan bahwa obat kankernya Zolinza, yang juga dikenal sebagai vorinostat, dapat mengatasi infeksi HIV laten. Hal utama di sini adalah bahwa virus tersebut dapat dijangkau. Dan molekul mana yang harus digunakan adalah pertanyaan lain.

Pada saat yang sama, Philip Gregory dari Sangamo BioSciences tengah mengembangkan terapi gen: sel darah putih dengan glikoprotein CD4 dikeluarkan dari tubuh, gen CCR5 yang memungkinkan mereka terinfeksi HIV dimatikan, lalu dikembalikan lagi. Sel-sel tersebut akan tetap seperti itu selamanya dan menghasilkan keturunan dengan karakteristik yang sama.

Uji coba pertama metode ini menghasilkan hasil yang beragam: dari enam pasien, hanya satu yang sembuh, dan satu pasien tersebut memiliki mutasi genetik alami. Pengujian selanjutnya akan dimulai dengan orang yang terinfeksi HIV yang menjalani program pengurangan jumlah limfosit dalam sumsum tulang sehingga sel CD4 GM dapat menempati lebih banyak tempat di sana.

[ 1 ], [ 2 ]