Kesepian terkait dengan disfungsi sosial, oksitosin, dan penyakit

Kesepian adalah perasaan tidak menyenangkan yang terjadi ketika ada kesenjangan antara tingkat hubungan sosial yang diinginkan dan yang sebenarnya. Hal ini sering ditandai dengan rasa ketidakmampuan untuk membentuk hubungan yang bermakna. Kesepian terwujud melalui berbagai disfungsi sosial yang menyebabkannya bertahan dalam berbagai cara.

Mempelajari fenomena ini memerlukan penggunaan berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu saraf, sosiologi, dan kedokteran klinis. Sebuah tinjauan terkini dalam Neuroscience & Biobehavioral Reviews menyajikan model kesepian multidimensi.

Apa itu kesepian?

Inisiatif Global tentang Kesepian dan Keterhubungan menggambarkannya sebagai "perasaan subjektif, tidak menyenangkan, atau menyedihkan akibat kurangnya hubungan dengan orang lain, disertai dengan keinginan untuk hubungan sosial yang lebih banyak atau lebih memuaskan."

Oleh karena itu, kesepian bersifat subjektif dan menyedihkan. Kesepian tidak dapat sepenuhnya dinilai atau diprediksi oleh parameter objektif seperti isolasi sosial atau lingkaran sosial yang sempit. Dengan menurunnya angka kelahiran di negara-negara maju, prevalensi kesepian dapat diperkirakan akan meningkat di antara populasi yang menua.

Dampak Kesepian terhadap Interaksi Sosial

Orang yang mengalami kesepian mengalami kesulitan untuk terlibat dalam interaksi sosial yang bermakna. Mereka berfokus pada aspek negatif dari interaksi tersebut, mengalami lebih sedikit kepuasan, dan mengalami lebih banyak konflik. Mereka lebih menarik diri, menghindari pekerjaan yang sinkronis, dan jarang mencari kontak sosial atau kedekatan emosional, yang dapat disebut hipososialitas.

Di sisi lain, mereka mungkin menunjukkan hipersosialitas, berusaha menjalin hubungan dan mengalami lebih banyak emosi positif dengan orang-orang terkasih. Hal ini dapat dibandingkan dengan respons otak terhadap makanan setelah masa kelaparan. Kesepian mungkin merupakan respons fisiologis terhadap kurangnya hubungan sosial.

Kesepian dan oksitosin

Oksitosin, hormon keterikatan, merangsang keinginan untuk menjalin hubungan sosial. Jumlah sel yang mengeluarkan oksitosin dan kadarnya meningkat seiring dengan kesepian, yang menunjukkan peran kompensasi dalam deprivasi emosional. Sebaliknya, kesepian kronis mengurangi kadar oksitosin secara adaptif.

Kesepian dan penyakit

Kesepian dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit mental dan fisik. Kesepian merupakan penanda depresi dan dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terhadap depresi berat, kecemasan, gangguan kepribadian, skizofrenia, alkoholisme, dan bulimia. Penyakit mental dapat menyebabkan dan memperburuk kesepian.

Model translasional kesepian yang merangkum temuan-temuan utama tentang interaksi sosial, oksitosin, dan penyakit

Penyakit kardiovaskular 30% lebih umum terjadi pada orang yang kesepian, dan kesepian merupakan faktor risiko yang lebih signifikan daripada diabetes. Hal ini juga meningkatkan risiko kematian pada pasien kanker dan dikaitkan dengan demensia. Kesepian dapat memicu keinginan bunuh diri pada beberapa subkelompok dan dapat mengurangi efikasi diri, sehingga lebih sulit untuk mengelola kondisi medis dan dapat menyebabkan kematian dini.

Kesimpulan

"Interaksi sosial yang terganggu, sistem oksitosin, dan penyakit saling terkait pada orang yang kesepian, dan mengenali hubungan ini adalah kunci untuk memahami konstruksi kompleks dari kesepian."

Penelitian di masa mendatang harus difokuskan pada identifikasi dan eksplorasi hubungan ini dan kondisi yang menyebabkan kesepian terjadi sebagai penyebab atau akibat. Peran pemberian oksitosin dan aspek pencegahan lain dalam memerangi kesepian untuk meningkatkan kesehatan mental harus dieksplorasi.