Masturbasi: mengapa dianggap keterlaluan untuk membicarakannya

Masturbasi. Rupanya, sebagian besar penduduk planet kita setidaknya sekali dalam hidup mereka cenderung melakukan metode ini untuk memuaskan naluri utama, meskipun membicarakannya dianggap keterlaluan, kecuali dengan cara yang merendahkan.

Buku baru Mels van Driel, With the Hand: A History of Masturbation, adalah contoh langka tentang topik tabu yang dieksplorasi. Penulis mencoba membahas semua nuansa masturbasi: medis, agama, sejarah seni, filosofis...

Mungkin bagian yang paling menarik adalah bagian historis dan medis. Misalnya, dokter Swiss yang berpengaruh Samuel Auguste Tissot pada abad ke-18 mengklaim bahwa sperma adalah darah yang terkonsentrasi, sehingga mengeluarkan cairan mani secara tidak terkendali dianggap tidak hanya boros, tetapi juga tidak aman bagi kesehatan. Ia menyusun seluruh daftar penyakit yang dapat timbul akibat masturbasi - hampir sampai pada titik kebutaan. Kenyataannya, jika kita percaya pada para dokter terkemuka, masturbasi mengurangi risiko kanker prostat dan meringankan tanda-tanda klinis sindrom kaki gelisah. Namun, hal ini tidak memiliki pengaruh besar pada opini sosial.

Karya Tissot memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan pengobatan pada masa itu. Metode pengobatan yang lucu dan menakutkan untuk mengatasi hasrat masturbasi pun diusulkan. Salah satu jurnal medis Inggris menyarankan untuk menempatkan sangkar burung pada alat kelamin. Yang lain menyarankan untuk memutilasi dan bahkan membuang alat kelamin. Bagi perwakilan dari jenis kelamin yang lebih lemah juga.

Kita mungkin tergoda untuk percaya bahwa risalah Tissot dan kegilaan yang terjadi setelahnya diilhami oleh omong kosong keagamaan tertentu, tetapi tidak. Penulis buku tersebut sampai pada kesimpulan bahwa bukan pendeta yang pertama kali mengutuk masturbasi, tetapi tokoh-tokoh Pencerahan - berdasarkan penelitian ilmiah.

Sayangnya, Tn. van Driel "mengambang" di luar sejarah sikap medis dan keagamaan terhadap masturbasi. Namun secara keseluruhan, karyanya (mengingat sedikitnya pilihan monograf tentang topik sensitif ini) dikatakan layak mendapat perhatian.