Melibatkan lebih banyak perempuan dalam tim rumah sakit akan menghasilkan hasil pembedahan yang lebih baik

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam British Journal of Surgery menemukan bahwa dirawat di rumah sakit dengan keberagaman gender yang lebih tinggi dalam tim bedah dikaitkan dengan hasil pascaoperasi yang lebih baik bagi pasien.

Di berbagai industri, termasuk bisnis, keuangan, teknologi, pendidikan, dan hukum, banyak yang percaya bahwa keberagaman gender penting tidak hanya untuk kesetaraan tetapi juga karena memperkaya tim dengan keberagaman pengalaman dan perspektif anggotanya. Namun, bukti yang ada terbatas mengenai nilai keberagaman gender dalam tim perawatan kesehatan. Sebagian besar laporan yang diterbitkan berfokus pada karakteristik dokter individu dan hubungannya dengan hasil (misalnya, bagaimana pasien menanggapi dokter perempuan). Bukti yang ada terbatas mengenai peran keberagaman gender dalam tim perawatan kesehatan dan hasil mereka.

Keberagaman gender dalam tim kemungkinan memengaruhi hasil pasien karena perbedaan yang dibawa oleh dokter pria dan wanita ke tempat kerja. Kedua kelompok memiliki keterampilan, pengetahuan, pengalaman, keyakinan, nilai, dan gaya kepemimpinan yang berbeda. Meskipun ada manfaat dari keberagaman gender dan seksual untuk kinerja tim, dokter wanita masih jarang di ruang operasi. Jumlah ahli anestesi dan ahli bedah wanita hanya meningkat 5% selama 10 tahun terakhir.

Para peneliti melakukan studi kohort retrospektif berbasis populasi menggunakan data kesehatan administratif di Ontario, Kanada, tempat 14 juta penduduk menerima perawatan kesehatan melalui sistem publik pembayar tunggal. Mereka mempelajari pasien dewasa yang menjalani operasi elektif besar dengan rawat inap antara tahun 2009 dan 2019 untuk menilai komplikasi pascaoperasi utama.

Studi ini mencakup 709.899 operasi yang dilakukan di 88 rumah sakit selama periode studi, yang 14,4% di antaranya mengalami komplikasi besar dalam waktu 90 hari setelah operasi. Proporsi rata-rata ahli anestesi dan ahli bedah wanita di rumah sakit per tahun adalah 28%. Secara keseluruhan, ahli bedah wanita melakukan 47.874 (6,7%) operasi, dan ahli anestesi wanita melakukan 192.144 (27,0%) operasi.

Studi tersebut menemukan bahwa rumah sakit dengan lebih dari 35% dokter bedah dan ahli anestesi wanita memiliki hasil pascaoperasi yang lebih baik. Di rumah sakit tersebut, operasi dikaitkan dengan kemungkinan pasien mengalami komplikasi serius dalam waktu 90 hari setelah operasi sebesar 3%. Para peneliti mencatat bahwa ambang batas 35% yang diamati dalam studi mereka menggemakan temuan di industri lain di negara-negara termasuk Amerika Serikat, Italia, Australia, dan Jepang, yang juga melihat hasil yang lebih baik ketika wanita membentuk sekitar 35% dari keseluruhan tim.

"Temuan ini merupakan langkah penting dalam memahami bagaimana keberagaman memengaruhi kualitas perawatan perioperatif," kata penulis utama Julie Hallett. "Memastikan jumlah ahli anestesi dan ahli bedah perempuan yang cukup dalam tim operasi tidak hanya penting untuk kesetaraan; tetapi juga penting untuk mengoptimalkan hasil. Kami ingin menantang diskusi biner tentang dokter perempuan versus dokter laki-laki dan menyoroti pentingnya keberagaman sebagai sumber daya tim untuk meningkatkan kualitas perawatan."

"Memastikan keberagaman gender di tim OK akan memerlukan upaya yang terarah untuk mengembangkan strategi sistematis dalam merekrut dan mempertahankan dokter perempuan, intervensi struktural seperti representasi minimum di tim, dan pemantauan serta pelaporan mengenai komposisi tim untuk meningkatkan akuntabilitas dalam sistem yang ada."