Jepang akan memetakan kontaminasi radiasi pada akhir musim panas

Kementerian Sains Jepang berencana membuat peta polusi radiasi khusus yang akan menunjukkan tingkat unsur radioaktif dalam tanah yang dilepaskan ke atmosfer akibat kecelakaan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi setelah gempa bumi bulan Maret, NHK melaporkan pada hari Kamis.

Pengumpulan data akan dimulai pada bulan Juni. Karyawan dari lebih dari 25 universitas dan pusat penelitian akan melakukan pengukuran di lebih dari 2,2 ribu lokasi. Sementara itu, sebagaimana dicatat dalam laporan, pengukuran kandungan radionuklida dalam radius 80 kilometer di sekitar PLTN yang rusak akan dilakukan setiap empat kilometer persegi, di wilayah lain di negara ini - setiap seratus kilometer persegi.

Sampel tanah yang diambil pada kedalaman lima sentimeter dari permukaan akan dianalisis.

Peta tersebut diperkirakan akan dirilis pada akhir Agustus.

Setelah gempa bumi dan tsunami dahsyat pada 11 Maret di Jepang, serangkaian kecelakaan yang disebabkan oleh kegagalan sistem pendingin tercatat di PLTN Fukushima-1 di timur laut negara itu. Akibat insiden tersebut, beberapa kebocoran radiasi terdeteksi di PLTN tersebut, yang memaksa pihak berwenang untuk mengevakuasi orang-orang dari zona 20 kilometer di sekitar PLTN, memberlakukan larangan bagi orang-orang untuk berada di zona terlarang, dan juga mengirimkan rekomendasi mendesak untuk mengevakuasi penduduk di beberapa wilayah yang terletak dalam radius 30 kilometer atau lebih dari PLTN.

Kemudian, informasi mulai muncul tentang penemuan unsur-unsur radioaktif di sejumlah daerah di Jepang, khususnya isotop yodium dan cesium, di udara, laut dan air minum, serta dalam produk makanan.

Seperti diketahui pada bulan Mei, unit pertama, kedua, dan ketiga stasiun tersebut mengalami pelelehan rakitan bahan bakar akibat padamnya listrik setelah gempa bumi yang menyebabkan terhentinya pasokan air pendingin. Menurut para ahli, ada kemungkinan besar skenario terburuk terjadi di ketiga reaktor, yang menurutnya pelelehan batang bahan bakar menyebabkan apa yang disebut fenomena "melt-down", ketika bahan bakar nuklir jatuh dari batang yang meleleh dan terkumpul di bagian bawah bejana reaktor.

Operator pembangkit listrik tenaga nuklir TEPCO mengatakan pihaknya memperkirakan situasi di unit listrik yang rusak akan stabil dalam waktu sekitar enam hingga sembilan bulan, dan tingkat radiasi di area pembangkit akan menurun secara signifikan dalam waktu tiga bulan.

Badan Keselamatan Nuklir dan Industri Jepang (NISA) mengumumkan pada tanggal 12 April bahwa mereka telah menetapkan tingkat bahaya tertinggi untuk kecelakaan Fukushima-1, yaitu level 7. Tingkat bahaya nuklir ketujuh ini hanya pernah ditetapkan satu kali sebelumnya, yaitu pada saat kecelakaan Chernobyl tahun 1986.

[ 1 ], [ 2 ]