Orang dengan epilepsi memiliki risiko bunuh diri dua kali lipat lebih tinggi daripada populasi umum

Tingkat bunuh diri di antara orang-orang dengan epilepsi lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Epilepsy & Behavior.

Temuan utama dari penelitian ini

Sara Melin dari Institut Karolinska di Stockholm dan rekannya mengamati tingkat bunuh diri di antara penderita epilepsi di Swedia, membandingkannya dengan populasi umum.

Ruang lingkup penelitian:

• Sampelnya mencakup 60.952 individu yang didiagnosis menderita epilepsi yang terdaftar di Registri Pasien Swedia antara tahun 1990 dan 2005 dan masih hidup pada tahun 2006.
• Ada 190 kasus bunuh diri yang tercatat pada kelompok ini.

---

Hasil

• Tingkat bunuh diri keseluruhan: 40,0 per 100.000 orang-tahun.
• Frekuensi tertinggi: pada orang berusia 45 hingga 64 tahun (61,3 kasus).
• Perbedaan gender:
  • Kejadian lebih tinggi pada pria daripada wanita.
  • Namun, risiko relatif lebih tinggi pada wanita (rasio mortalitas standar (SMR) 2,70) dibandingkan dengan pria (SMR 1,80).
• Perbandingan dengan populasi umum: Orang dengan epilepsi memiliki risiko bunuh diri 2 kali lipat lebih tinggi (OR 2,03).
• Metode bunuh diri:
  • Keracunan (50%).
  • Menggantung, penggunaan benda tajam dan senjata api (totalnya 25%).

---

Kesimpulan

• Risiko bunuh diri secara signifikan lebih tinggi pada orang dengan epilepsi, terutama pada wanita.
• Para peneliti menekankan perlunya kehati-hatian dalam meresepkan obat antiepilepsi karena potensi penyalahgunaannya.

"Temuan ini kemungkinan berlaku di negara-negara dengan kondisi serupa," catat para penulis.