Otak manusia dapat memengaruhi intensitas reaksi alergi

Ternyata otak manusia dapat memengaruhi intensitas reaksi alergi. Para ilmuwan memutuskan untuk mencari tahu apakah ini benar-benar terjadi.

Sistem kekebalan tubuh manusia setidaknya sebagian tunduk pada kesadaran. Ini adalah kesimpulan menarik yang dicapai oleh para ilmuwan dari University of South Australia. Bukankah itu tampak seperti sesuatu dari gudang senjata paranormal, pesulap, dan Jedi lainnya? Lagi pula, jika orang biasa melukai dirinya sendiri, ia tidak memberi perintah kepada sel-sel kekebalannya untuk segera menyerang dan membasmi infeksi yang menyerang. Untungnya, kekebalan tubuh kita dikendalikan tanpa peran utama dari sistem saraf yang lebih tinggi.

Namun, berikut ini adalah eksperimen sederhana yang dilakukan para ilmuwan. Beberapa relawan diberi suntikan histamin: sistem kekebalan tubuh kita memproduksinya dalam jumlah besar selama reaksi alergi. Histamin disuntikkan ke lengan, tetapi eksperimen tersebut diatur sedemikian rupa sehingga tampak seolah-olah obat tersebut disuntikkan ke boneka karet. Artinya, orang tersebut percaya bahwa semuanya baik-baik saja dengan lengannya, dan histamin disuntikkan ke boneka. Pada saat yang sama, lengan lainnya diberi suntikan tanpa trik apa pun. Dan secara paralel, sebuah eksperimen dilakukan, menyuntikkan histamin ke kedua lengan - dan juga "secara nyata."

Jadi, ternyata jika ada "ilusi suntikan", jika seseorang mengira histamin tidak disuntikkan ke dalam dirinya, maka reaksi alerginya jauh lebih kuat. Sepertinya otak, melihat bagaimana suntikan diberikan dan memahami bahwa tidak ada bahaya dalam hal ini, menekan respons imun. Dan dalam kasus tangan karet imajiner, otak akan berpikir bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan berhenti memantau sistem imun.

Para ilmuwan Australia mempresentasikan hasil studi mereka di jurnal Current Biology.

Tidak dapat dikatakan bahwa fenomena ini adalah satu-satunya dari jenisnya. Sebelumnya, kelompok yang sama menunjukkan bahwa jika otak, karena ilusi yang sama, berhenti menganggap, misalnya, sebuah tangan sebagai "miliknya sendiri," maka pada tangan yang "ditolak" tersebut, aliran darah menurun dan suhu sedikit turun. Mungkin hasil baru ini akan membantu membangun hubungan yang mendalam antara berbagai penyakit autoimun seperti multiple sclerosis dan gangguan psikoneurologis. Namun yang pasti, ini hanya dapat dinilai setelah banyak, banyak percobaan verifikasi: hasil yang diperoleh terlihat terlalu luar biasa.