Pada tahun 2020, 3,6 juta orang akan meninggal setiap tahun akibat polusi udara

Musim panas yang terik tidak menambah kebahagiaan bagi penduduk kota. Pada hari-hari seperti itu, udara sangat tercemar oleh asap kendaraan bermotor dan emisi industri: sulit bernapas, dan tidak ada yang bisa dihirup. Apakah Anda memperhatikannya?

Andrea Pozzer dari Institut Max Planck untuk Kimia (Jerman) dan rekan-rekannya mencatat bahwa jika situasi serupa saat ini terjadi di beberapa tempat, maka pada tahun 2050 hal itu akan menjadi norma bagi sebagian besar umat manusia, terutama di Cina (terutama di bagian timur negara itu), India (di bagian utara) dan Timur Tengah.

Pada pertengahan abad ini, kualitas udara di seluruh dunia akan kurang lebih sama seperti saat ini di wilayah perkotaan Asia Tenggara. Ini adalah kesimpulan yang dicapai oleh para peneliti dari Institut Kimia, Institut Fisika Atmosfer, dan Pusat Penelitian Gabungan Komisi Eropa, yang menggunakan model atmosfer EMAC. Para ahli memperhitungkan lima polutan udara utama yang berdampak negatif pada kesehatan manusia: nitrogen dioksida, sulfur dioksida, ozon, karbon monoksida, dan partikel dengan diameter kurang dari 2,5 mikron.

Pemodelan menunjukkan bahwa kadar nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan partikel akan meningkat di Asia Timur, sementara orang-orang di India utara dan negara-negara Teluk akan sangat terancam oleh meningkatnya kadar ozon. Alasannya adalah kepadatan penduduk yang tinggi dan proyeksi peningkatan produksi industri dan transportasi.

Polusi udara di Eropa dan Amerika Utara juga akan memburuk, tetapi tidak separah di Asia, berkat tindakan perlindungan lingkungan yang telah dilakukan di sana selama beberapa dekade.

Perlu dicatat bahwa polusi udara merupakan salah satu bahaya utama di zaman modern. Saat ini, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, 1,3 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat polusi udara.

Kecuali para pemimpin dunia mengambil tindakan serius sekarang untuk mengatasi polusi udara dan pemborosan air, pada tahun 2020 hal itu akan membunuh 3,6 juta orang per tahun dan meningkatkan emisi gas rumah kaca hingga 50%.

Hanya dalam 40 tahun, 2,3 miliar orang (sekitar sepertiga dari seluruh orang yang saat ini hidup di planet ini) akan tinggal di daerah tanpa akses ke sumber daya air yang memadai.

Pada tahun 2050, populasi dunia akan bertambah sekitar 2,5 miliar jiwa dari jumlah saat ini yang berjumlah 7 miliar, sementara prospek perubahan iklim, keanekaragaman hayati dan konservasi air, serta dampak negatif polusi terhadap kesehatan manusia "jauh lebih memprihatinkan" dibandingkan tahun 2008.

Konsumsi energi akan meningkat sebesar 80% pada tahun 2050, mengakibatkan emisi gas rumah kaca mencapai tingkat sedemikian rupa sehingga suhu permukaan global rata-rata akan meningkat sebesar 3 derajat Celsius pada akhir abad ini.

[ 1 ], [ 2 ]