Perawatan infertilitas menggandakan risiko penyakit jantung pada periode pascapersalinan

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti Rutgers Health menemukan bahwa pasien yang menjalani perawatan kesuburan dua kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena penyakit jantung dalam waktu satu tahun setelah melahirkan dibandingkan mereka yang hamil secara alami.

Pasien yang telah menjalani perawatan kesuburan memiliki kemungkinan yang lebih besar—2,16 kali lebih besar daripada mereka yang hamil secara alami—untuk dirawat di rumah sakit karena tekanan darah tinggi yang berbahaya, atau hipertensi.

"Pemeriksaan pascapersalinan diperlukan bagi semua pasien, tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan ini sangat penting terutama bagi pasien yang telah menjalani perawatan kesuburan untuk mencapai pembuahan," kata Ray Yamada, residen obstetri dan ginekologi di Sekolah Kedokteran Robert Wood Johnson Universitas Rutgers dan penulis utama penelitian tersebut.

Penulis studi mengatakan temuan mereka mendukung standar perawatan yang kini mengharuskan pemeriksaan pascapersalinan awal tiga minggu setelah melahirkan, standar yang belum diadopsi oleh beberapa sistem kesehatan. Sebagian besar peningkatan risiko terjadi pada bulan pertama setelah melahirkan, terutama pada pasien yang mengalami tekanan darah tinggi yang berbahaya.

“Dan temuan ini bukan satu-satunya yang menunjukkan perlunya tindak lanjut perawatan dini,” kata Kande Anant, kepala epidemiologi dan biostatistik di departemen kebidanan, ginekologi, dan ilmu reproduksi di Sekolah Kedokteran Robert Wood Johnson Universitas Rutgers dan penulis senior studi tersebut. “Selama beberapa tahun terakhir, kami telah terlibat dalam serangkaian studi yang menemukan risiko signifikan penyakit jantung dan stroke pada berbagai kelompok pasien berisiko tinggi selama 30 hari pertama setelah melahirkan — risiko yang mungkin dapat dikurangi dengan tindak lanjut perawatan dini.”

Ringkasan grafis. Sumber: Journal of Internal Medicine (2024). DOI: 10.1111/joim.13773

Studi ini menganalisis Basis Data Readmisi Nasional, yang berisi data representatif nasional tentang sekitar 31 juta pasien yang keluar dari rumah sakit dan pasien yang masuk kembali ke rumah sakit per tahun. Basis data ini berisi kode diagnosis yang memungkinkan peneliti untuk menargetkan populasi tertentu dan mengidentifikasi alasan pasien yang masuk kembali ke rumah sakit.

Para peneliti menggunakan data dari lebih dari 31 juta pasien yang dipulangkan setelah melahirkan dari tahun 2010 hingga 2018, termasuk 287.813 pasien yang menjalani perawatan infertilitas.

Meskipun perawatan kesuburan memprediksi peningkatan tajam dalam risiko penyakit jantung, penulis studi mencatat bahwa usia pasien perawatan kesuburan yang relatif muda membuat risiko keseluruhan mereka tetap rendah. Hanya 550 dari setiap 100.000 wanita yang menerima perawatan kesuburan dan 355 dari setiap 100.000 wanita yang hamil secara alami dirawat di rumah sakit karena penyakit kardiovaskular pada tahun setelah melahirkan.

Alasan meningkatnya risiko penyakit jantung yang terkait dengan perawatan infertilitas masih belum jelas. Meningkatnya risiko penyakit jantung mungkin terkait dengan perawatan infertilitas itu sendiri, masalah medis mendasar yang membuat pasien mandul, atau penyebab lainnya.

"Di masa mendatang, saya ingin melihat apakah berbagai jenis perawatan kesuburan dan, yang terpenting, pengobatan dikaitkan dengan berbagai tingkat risiko," kata Yamada. "Data kami tidak memberikan informasi tentang pasien mana yang menerima perawatan mana. Informasi yang lebih terperinci juga dapat memberikan wawasan tentang bagaimana perawatan kesuburan memengaruhi hasil kardiovaskular."

Karya tersebut dipublikasikan dalam Journal of Internal Medicine.