Persepsi warna tergantung pada usia

Orang yang lebih tua bereaksi kurang intens terhadap corak warna yang berbeda, tidak seperti orang yang lebih muda.

Persepsi warna kita bergantung pada banyak faktor - khususnya, pada kronotipe individu kita, alat penciuman, waktu dalam setahun, wilayah tempat tinggal. Dan, ternyata, juga pada usia. Perwakilan dari perguruan tinggi di Universitas London telah menentukan reaksi organ visual orang-orang dari berbagai usia terhadap warna-warna tertentu. Penelitian ini melibatkan 17 orang dalam kategori usia paruh baya 27-28 tahun, serta 20 orang berusia 64-65 tahun. Semua peserta tidak memiliki masalah kesehatan, tidak merokok atau menyalahgunakan alkohol. Mereka diminta untuk masuk ke ruangan gelap yang berisi layar yang diwarnai secara berkala dengan warna yang berbeda: merah, ungu kemerahan, biru, kuning, hijau, oranye, dan abu-abu dengan banyak corak. Setiap warna memiliki perbedaan rona dan tingkat saturasi.

Dengan menggunakan metode perekaman video berkecepatan tinggi, para ahli mengevaluasi perubahan diametris pada pupil peserta - yaitu, reaksi mata terhadap warna tertentu. Diketahui bahwa penyempitan atau pelebaran pupil terjadi karena ledakan emosi, serta dari perubahan gambar yang dilihat seseorang dengan saksama. Hal serupa diamati dengan latar belakang perubahan persepsi informasi visual.

Para ahli mencatat bahwa pupil bereaksi terhadap tingkat pencahayaan layar yang berbeda dengan cara yang hampir sama, tanpa memandang usia subjek. Hal ini tidak berlaku untuk reaksi terhadap perubahan corak warna: di sini mata orang tua terlihat "tertinggal". Misalnya, pupil peserta yang lebih tua bereaksi sama terhadap corak merah tua dan merah muda, sedangkan pada orang muda reaksinya berbeda. Dengan demikian, para ilmuwan melacak persepsi warna yang berbeda, tergantung pada usia: kita dapat mengatakan bahwa selama bertahun-tahun, gambar visual di depan mata orang menjadi "kurang berwarna". Kemungkinan besar, ini menjelaskan keinginan orang tua yang lebih besar terhadap corak yang cerah dan "mencolok".

Para ahli berpendapat bahwa perbedaan persepsi warna terkait dengan perubahan terkait usia yang memengaruhi area korteks visual otak. Beberapa jenis demensia pikun ditandai, antara lain, oleh hilangnya kepekaan terhadap warna hijau dan ungu kemerahan. Ada kemungkinan penanda tersebut dapat digunakan di masa mendatang untuk melakukan tes khusus guna mendiagnosis perkembangan awal gangguan neuropsikiatri. Penting untuk dicatat bahwa melemahnya persepsi warna tidak selalu menunjukkan perkembangan cepat demensia pikun.

Berdasarkan fakta bahwa penelitian ini hanya merupakan penelitian awal dalam kerangka evaluasi persepsi warna terkait usia, seseorang dapat mengasumsikan prospek pekerjaan tersebut dan perlunya eksperimen klinis tambahan.

Informasi tersedia di jurnal Scientific Reports