Prediksi: Tingkat karbon dioksida di atmosfer akan meningkat lebih dari 35 persen pada tahun 2100

Sebuah model komputer baru telah menunjukkan bahwa jika umat manusia tidak ingin kadar karbon dioksida atmosfer meningkat lebih dari 35% pada tahun 2100 dibandingkan dengan tingkat tahun 2005, cara termurah untuk melakukannya adalah dengan mengurangi emisi.

Ini berarti lebih banyak pembangkit listrik tenaga nuklir dan sumber energi alternatif, lebih banyak mobil listrik, lebih banyak hutan, dan daur ulang karbon dioksida yang dihasilkan.

Para peneliti dari Joint Research Institute of Global Change telah menamai skenario mereka RCP 4.5. Ini adalah satu dari empat ramalan ekonomi yang akan digunakan oleh para ahli di seluruh dunia untuk mempelajari bagaimana iklim akan bereaksi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca, berapa banyak energi matahari yang akan diserap, dan bagaimana pasar global akan bereaksi.

Skenario ini didasarkan pada Model Penilaian Perubahan Global PNNL.

RCP 4.5 memperkirakan bahwa pada tahun 2100 pemaksaan radiatif akan mencapai 4,5 W/m², atau sekitar 525 bagian per juta karbon dioksida (nilai saat ini adalah 390 bagian per juta). Dengan memperhitungkan gas rumah kaca lainnya, konsentrasinya akan mencapai 650 bagian per juta setara CO2.

Berbeda dengan tiga skenario lainnya, RCP 4.5 memperhitungkan karbon yang tersimpan di hutan dan dilepaskan ke atmosfer saat hutan ditebang. Eksperimen sebelumnya telah menunjukkan bahwa tanpa parameter ini, model ekonomi dan iklim tidak melihat nilai apa pun pada hutan dan menyarankan untuk menghancurkannya guna membuka lahan untuk produksi biofuel dan pangan.

Ternyata pada tahun 2100 biaya satu ton karbon dioksida bisa naik menjadi $85. Hal ini akan merangsang pertumbuhan energi nuklir dan energi alternatif. Selain itu, akan menjadi lebih murah untuk menerapkan teknologi pada pembangkit listrik berbahan bakar bio dan fosil yang menangkap dan menyimpan gas rumah kaca alih-alih melepaskannya ke atmosfer. Selain itu, emisi karbon dioksida dari sumber antropogenik akan mencapai 42 Gt/tahun pada tahun 2040 (saat ini - 30 Gt), setelah itu emisi akan mulai turun pada tingkat yang hampir sama dengan laju pertumbuhannya, dan akan stabil pada tahun 2080 pada 15 Gt/tahun.

Hasilnya dikonversi agar sesuai dengan kebutuhan model iklim dengan resolusi yang berbeda. Hal ini mengungkap perbedaan regional yang penting. Misalnya, meskipun emisi metana berubah relatif sedikit selama satu abad, akan ada pergeseran geografis yang signifikan. Fokus akan beralih dari negara-negara industri ke Amerika Selatan dan Afrika.

Selain itu, persentase pendapatan yang dibelanjakan orang untuk makanan akan menurun meskipun harga pangan meningkat. Para peneliti mengaitkan hasil ini dengan perubahan dalam pertanian yang akan mengurangi emisi gas rumah kaca.