Studi mengaitkan paparan tembakau sejak dini dengan percepatan penuaan

Dalam sebuah studi terkini yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, para ilmuwan meneliti dampak paparan tembakau di awal kehidupan terhadap penyakit yang terkait dengan penuaan. Mereka menemukan bahwa paparan tembakau di dalam rahim dikaitkan dengan percepatan penuaan biologis.

Studi menunjukkan bahwa mengurangi paparan tembakau pada awal kehidupan sangat penting untuk meningkatkan penuaan yang sehat karena secara signifikan memengaruhi penuaan biologis dan berinteraksi dengan berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, dan pola makan.

Penuaan biologis merupakan proses kompleks yang ditandai dengan akumulasi perubahan seluler yang secara bertahap merusak integritas jaringan dan organ. Hal ini menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian, serta menimbulkan beban finansial yang signifikan pada sistem kesehatan. Tinjauan terkini telah menekankan pentingnya mengukur usia biologis (BA) menggunakan berbagai biomarker untuk memprediksi hasil kesehatan secara akurat. Perhatian khusus telah diberikan pada paparan lingkungan di awal kehidupan, terutama paparan tembakau, sebagai faktor risiko signifikan untuk hasil kesehatan yang merugikan di masa dewasa.

Studi ini meneliti hubungan antara paparan tembakau di awal kehidupan dan penuaan biologis dewasa menggunakan beberapa biomarker, termasuk panjang telomer (TL) dan algoritma komposit parameter klinis. Selain itu, efek gabungan dari predisposisi genetik dan paparan tembakau pada percepatan penuaan biologis diselidiki, yang dapat memberikan wawasan untuk intervensi preventif dan terapeutik yang ditujukan untuk penuaan yang sehat. Studi ini menggunakan data dari UK Biobank, sebuah studi kohort berbasis populasi yang mencakup hampir setengah juta peserta berusia 37 hingga 73 tahun, yang terdaftar antara tahun 2006 dan 2010. Setelah pengecualian, 276.259 peserta diikutsertakan dalam penelitian ini. Paparan tembakau di awal kehidupan, termasuk paparan prenatal dan usia saat mulai merokok, dinilai menggunakan kuesioner yang diisi sendiri. BA ditentukan menggunakan algoritma Klemera-Doubal Biological Age (KDM-BA) dan usia fenotipik (PhenoAge) yang divalidasi dengan data NHANES.

Panjang TL dalam leukosit diukur menggunakan reaksi berantai polimerase kuantitatif. Skor risiko poligenik (PRS) dibuat menggunakan varian genetik yang terkait dengan fenotipe penuaan dan TL.

Perbandingan dasar peserta menunjukkan bahwa mereka yang terpapar sebelum lahir cenderung lebih muda, kebanyakan laki-laki, dan lebih mungkin minum alkohol. Mereka juga memiliki indeks massa tubuh (IMT) dan Indeks Deprivasi Townsend (TDI) yang lebih tinggi, serta prevalensi kondisi medis yang mendasarinya lebih tinggi.

Analisis statistik lebih lanjut mengungkapkan hubungan yang konsisten antara paparan tembakau di awal kehidupan dan percepatan penuaan biologis.

Yang perlu diperhatikan, subjek yang terpapar di dalam rahim menunjukkan peningkatan signifikan baik dalam KDM-BA maupun percepatan PhenoAge, bersamaan dengan pengurangan yang nyata dalam panjang telomer (TL). Secara khusus, paparan di dalam rahim dikaitkan dengan peningkatan 0,26 tahun dalam percepatan KDM-BA, peningkatan 0,49 tahun dalam percepatan PhenoAge, dan penurunan 5,34% dalam TL.

Selain itu, hubungan dosis-respons yang jelas diamati sehubungan dengan usia mulai merokok, di mana mulainya lebih awal dikaitkan dengan percepatan indeks penuaan biologis yang lebih besar.

Misalnya, paparan tembakau pada masa kanak-kanak dikaitkan dengan peningkatan percepatan KDM-BA selama 0,88 tahun, peningkatan percepatan PhenoAge selama 2,51 tahun, dan penurunan TL selama 10,53% dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah merokok.

Penelitian mengenai efek gabungan dari kecenderungan genetik dan paparan tembakau di awal kehidupan menyoroti dampak signifikan pada percepatan penuaan.

Mereka yang memiliki skor risiko poligenik (PRS) tinggi dan paparan prenatal atau mulai merokok dini menunjukkan percepatan indikator penuaan biologis yang paling nyata.

Analisis bertingkat lebih lanjut mengungkap interaksi halus antara paparan tembakau di awal kehidupan dan faktor demografi atau gaya hidup.

Misalnya, partisipan yang lebih muda yang terpapar di dalam rahim menunjukkan peningkatan percepatan ukuran penuaan biologis, sementara efeknya meningkat pada mereka yang tinggal di daerah dengan tingkat kekurangan yang tinggi.

Studi ini meneliti bagaimana paparan tembakau dini, termasuk selama perkembangan janin, masa kanak-kanak dan remaja, dikaitkan dengan tingkat penuaan biologis yang lebih tinggi di masa dewasa.

Dalam analisis berskala besar, paparan tembakau prenatal dan usia saat mulai merokok secara signifikan dikaitkan dengan percepatan laju penuaan dan panjang telomer yang lebih pendek.

Hasil penelitian ini menyoroti interaksi multifaset antara paparan tembakau di awal kehidupan, kecenderungan genetik, dan faktor lingkungan yang membentuk lintasan penuaan biologis.