Titik balik dalam pengobatan kanker: monosit meningkatkan sel T dalam imunoterapi

Imunoterapi telah merevolusi pengobatan kanker selama beberapa dekade, memberikan pasien dengan penyakit serius seperti melanoma, kanker paru-paru dan kandung kemih dengan pengobatan baru dan efektif. Namun, rintangan yang signifikan tetap ada, terutama karena kemampuan sel kanker untuk menghindari respons imun. Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature telah menemukan bahwa monosit, jenis sel imun yang sebelumnya kurang dihargai, memainkan peran penting dalam mengaktifkan kembali sel T untuk membantu melawan tumor.

Sistem kekebalan tubuh dan kanker

Imunoterapi mengaktifkan sistem imun untuk membunuh sel kanker. Inti dari proses ini adalah sel T, yang memerlukan aktivasi oleh sel penyaji antigen (APC) seperti sel dendritik. Namun, para peneliti telah menemukan bahwa untuk melawan tumor secara efektif, sel T memerlukan aktivasi tambahan setelah mencapai lingkungan mikro tumor.

Penemuan peran monosit

Sebuah tim yang dipimpin oleh Anne Obenauf dari Institute of Molecular Pathology (IMP) mempelajari lingkungan mikro tumor pada tikus model melanoma. Mereka menemukan bahwa tumor yang sensitif terhadap imunoterapi memiliki jumlah monosit yang tinggi, berbeda dengan tumor yang resistan, di mana makrofag supresif mendominasi.

Monosit mampu "mengambil alih" bagian-bagian sel kanker dan menyajikannya kepada sel T, meningkatkan kemampuan mereka untuk mengenali dan menghancurkan tumor. Proses ini, yang disebut "cross-dressing," sangat penting untuk mengaktifkan sel T di dalam tumor itu sendiri.

Bagaimana Kanker Menekan Respons Imun

Penelitian ini juga mengungkap bagaimana sel kanker menghindari respon imun: Mereka meningkatkan produksi molekul prostaglandin E2 (PGE2), yang menghalangi aksi monosit dan sel dendritik, sementara secara bersamaan mengurangi kadar interferon, yang merangsang aktivitas imun.

Pendekatan baru untuk pengobatan

Para peneliti mengusulkan penggunaan inhibitor COX seperti aspirin untuk memblokir produksi PGE2, serta metode untuk meningkatkan produksi interferon. Strategi ini dapat dikombinasikan dengan imunoterapi yang ada, sehingga membuka jalan baru untuk mengobati kanker yang resistan terhadap pengobatan termasuk melanoma, kanker paru-paru, kanker pankreas, dan kanker kolorektal.

Prospek Penelitian

"Kami telah mengidentifikasi strategi yang dapat meningkatkan efektivitas imunoterapi," kata Anna Obenauf. Langkah selanjutnya adalah uji klinis penggunaan gabungan inhibitor COX dan imunoterapi.

Studi ini mengungkap mekanisme baru kekebalan antitumor yang dapat secara signifikan memperluas ketersediaan imunoterapi bagi lebih banyak pasien yang menghadapi bentuk kanker parah.

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Nature.