Kekurangan vitamin A

Kekurangan vitamin A merupakan penyakit sistemik yang menyerang sel dan organ di seluruh tubuh. Perubahan yang terjadi pada epitelium disebut "metaplasia keratotik". Metaplasia keratotik pada epitelium saluran pernapasan dan saluran kemih serta perubahan terkait pada epitelium saluran pencernaan berkembang relatif dini pada penyakit ini, bahkan sebelum perubahan yang terlihat secara klinis pada konjungtiva mata, tetapi pada sebagian besar kasus, hal tersebut bersifat laten. Manifestasi klinis khas dari kekurangan vitamin A meliputi penurunan adaptasi gelap dan gangguan penglihatan senja (hemeralopia), pertumbuhan tulang yang lambat, hiperkeratosis, dan kornea kering (xerophthalmia). Proses-proses ini meningkatkan risiko timbulnya penyakit inflamasi pada kulit dan selaput lendir (dermatitis, rinitis, bronkitis, dll.). Konsekuensi fisiologis dari kekurangan vitamin A, seperti gangguan adaptasi gelap atau diferensiasi epitel konjungtiva yang abnormal (terdeteksi oleh pemeriksaan sitologi dari apusan cetakan konjungtiva), biasanya mulai berkembang pada konsentrasi retinol serum di bawah 1 μmol/L. Xeroftalmia yang nyata biasanya muncul pada konsentrasi di bawah 0,7 μmol/L dan menjadi lebih parah pada nilai di bawah 0,35 μmol/L (defisiensi berat dan penipisan simpanan hati). Risiko gangguan penggunaan zat besi dan kematian meningkat secara bertahap seiring dengan menurunnya konsentrasi vitamin A dalam serum.

Mengonsumsi obat yang menurunkan kadar kolesterol darah akan mengurangi penyerapan vitamin A di usus.

Ada dua bentuk kekurangan vitamin A dalam tubuh: primer (pencernaan), terkait dengan asupan retinol atau karotenoid yang tidak mencukupi dengan makanan, dan sekunder, yang terjadi ketika metabolisme vitamin A terganggu, paling sering terjadi pada penyakit saluran pencernaan, hati, dan pankreas.

Dosis vitamin A lebih dari 100.000 IU/hari pada orang dewasa dan 18.500 IU/hari pada anak-anak, yang dikonsumsi selama berbulan-bulan, dapat menyebabkan efek toksik, yang dimanifestasikan oleh penurunan nafsu makan, rambut rontok, insomnia, mual, muntah, diare, pigmentasi kuning-merah pada kulit dan selaput lendir, nyeri tulang, sakit kepala, dan pembesaran hati. Gejala keracunan terjadi ketika kandungan vitamin A dalam serum darah melebihi kemampuan protein pengikat vitamin A untuk mengikatnya. Biasanya, rasio molar vitamin A/protein pengikat vitamin A adalah 0,8-1; dalam kasus keracunan, rasionya menurun. Dalam perkembangan hipervitaminosis A akut, ester retinol dapat membentuk lebih dari 30% dari jumlah total vitamin A (62,82 μmol/l).

[ 1 ], [ 2 ], [ 3 ]