Sindrom operasi tulang belakang yang gagal.

Dalam literatur berbahasa Inggris, istilah "sindrom operasi punggung yang gagal" (FBSS) digunakan - suatu sindrom operasi tulang belakang yang gagal, yang didefinisikan sebagai nyeri kronis jangka panjang atau berulang di punggung bawah dan/atau kaki setelah operasi tulang belakang yang berhasil secara anatomis.

Istilah ini mencakup sekelompok penyebab dan gejala sisa yang heterogen setelah perawatan bedah patologi tulang belakang lumbar. Nyeri yang timbul setelah dekompresi bedah akar lumbar dan sakral merupakan fenomena yang cukup umum. Kambuhnya nyeri punggung setelah perawatan bedah herniasi diskus tulang belakang lumbar tercatat pada 5 hingga 38% pasien yang dioperasi. Berdasarkan revisi pascaoperasi kanal tulang belakang, disarankan bahwa kambuhnya sindrom nyeri pada 36,4% pasien yang dioperasi disebabkan oleh proses perekat sikatrikial di ruang epidural, yang menekan akar saraf dan arteri radikular yang menyertainya, dan pada 28,2% - oleh kombinasi proses perekat sikatrikial dengan sedikit kekambuhan herniasi diskus.

Studi yang dilakukan telah menunjukkan bahwa penyebab utama FBSS dapat berupa stenosis foraminal, kerusakan internal diskus, pseudoartrosis, dan nyeri neuropatik, yang terjadi pada lebih dari 70% kasus. Nyeri dapat disebabkan oleh perubahan pada hampir semua struktur tulang belakang: diskus intervertebralis, sambungan sinovial, otot, ligamen, sendi sakroiliaka. Dengan masing-masing mekanisme yang ditemui (kompresi akar saraf, artritis, ketidakstabilan, degenerasi diskus, miositis, fasciitis, bursitis), pasien pascaoperasi mengalami arachnoiditis dan fibrosis. Dengan penggunaan alat untuk fiksasi tulang belakang, penyebab nyeri baru telah muncul.

Dalam sebagian besar kasus lumbosciatica pascaoperasi, satu-satunya penyebab terjadinya adalah perubahan "non-bedah", di antaranya adalah penyebab psikologis, serta apa yang disebut perubahan "muskuloskeletal", yang dipahami sebagai perubahan degeneratif-distrofik baik pada tulang belakang itu sendiri maupun jaringan di sekitarnya, dan perubahan yang terkait secara patogenetik pada struktur rangka, artikular, dan muskular-ligamen yang jauh. Pada saat yang sama, tidak mungkin untuk menunjukkan satu faktor tunggal di antara semua perubahan rangka-artikular dan muskular-ligamen pada pasien dengan lumbosciatica lumbal, kecuali untuk kasus-kasus individual, karena, tampaknya, dalam kebanyakan kasus, kompleks penyebabnya penting.

Terjadinya sindrom lumbosciatica setelah dekompresi akar lumbar dan sakral dapat dikaitkan dengan adanya zona pemicu primer dan satelit, serta gangguan komorbid (depresi dan kecemasan).

Pengobatan pasien dengan FBSS sering kali sangat sulit, karena baik terapi konservatif maupun operasi tulang belakang berulang tidak memberikan pereda nyeri yang memadai. FBSS dapat terjadi pada 30% pasien yang memiliki serangkaian masalah umum: gangguan tidur, depresi, masalah keluarga, ekonomi, dan sosial. Stimulasi sumsum tulang belakang epidural (SCS) diusulkan sebagai pengobatan yang paling efektif untuk kelompok pasien ini. Ini efektif ketika analgesik, terutama opioid, tidak efektif, ketika efek samping yang parah terjadi atau operasi tulang belakang berulang diperlukan.

Algoritma perawatan untuk pasien dengan FBSS harus mencakup: perawatan zona pemicu miogenik dan zona alodinia kulit, zona pemicu bekas luka pascaoperasi, gangguan komorbid (depresi dan kecemasan), dan program kebugaran.