Apakah anak-anak benar-benar mencoba meniru orang dewasa?

Bertentangan dengan apa yang diyakini banyak orang dewasa, anak-anak tidak hanya meniru dan mencontoh orang lain tanpa alasan: mereka memberi banyak makna pada proses tersebut.

Mungkin tidak ada anak yang tidak suka meniru teman sebayanya dan bahkan orang dewasa, mengulangi tindakan tertentu yang sekilas tidak berdasar. Secara umum diterima bahwa begitulah cara anak beradaptasi dengan situasi yang berbeda. Misalnya, jika Anda meminta seorang anak untuk melakukan sesuatu, ia akan terlebih dahulu melihat bagaimana orang lain melakukannya, dan baru kemudian meniru tindakannya. Ngomong-ngomong, sebagian besar psikolog anak percaya akan hal ini. Tetapi para peneliti telah memperhatikan: jika seorang dewasa tiba-tiba memutuskan untuk melakukan headstand yang tidak berarti, dan baru kemudian memulai tugas tersebut, maka anak tersebut akan melakukan hal yang sama, mencoba berdiri di atas kepalanya. Dan ini, terlepas dari ketidakberdasaran yang jelas dari usaha semacam itu. Mengapa ini terjadi?

Para ahli dari Universitas St Andrews dan Durham percaya bahwa keinginan anak-anak untuk meniru tanpa berpikir sangat dibesar-besarkan. Staf universitas melakukan percobaan yang dipimpin oleh Kara Evans. Lebih dari 250 anak dari kedua jenis kelamin, berusia 4-6 tahun, mengambil bagian dalam penelitian tersebut. Anak-anak diperlihatkan sebuah video di mana orang dewasa mengambil wadah yang ditentukan dari kotak plastik transparan. Kotak itu memiliki dua kompartemen, dan wadahnya ada di salah satunya. Untuk mengambilnya, perlu untuk menekan kaki khusus, lalu membuka kompartemen tersebut. Karena kotak itu transparan, terlihat jelas di mana wadah itu berada. Tetapi karena beberapa alasan, orang dewasa juga membuka kompartemen kosong terlebih dahulu. Dengan kata lain, anak-anak diperlihatkan tindakan yang tidak berdasar yang seharusnya mereka tiru.

Masalahnya adalah tidak dalam semua kasus orang dewasa melakukan pembukaan yang tidak masuk akal pada bagian yang kosong – dalam beberapa kasus hanya sel yang benar yang dibuka. Ternyata anak-anak meniru orang dewasa menurut prinsip yang sama: pembukaan kotak yang tidak masuk akal dan pembukaan sel yang benar yang bermakna diulang. Setelah beberapa kali pengulangan, peserta kecil mulai memahami absurditas tindakan tersebut, dan jumlah anak yang sengaja membuka bagian yang benar meningkat. Tampaknya para peserta mulai memahami orang dewasa mana yang melakukan hal yang benar.

Dengan demikian, para ilmuwan telah sampai pada kesimpulan berikut: anak-anak memang cenderung mengulang segala sesuatu, tetapi mereka melakukannya dengan penuh pertimbangan. Jika mereka ditawari berbagai variasi tindakan, kemungkinan besar mereka akan memilih yang paling bermakna. Penting untuk tidak lupa bahwa anak-anak perlu dilindungi dari menghafal informasi yang tidak bermakna dan kosong – tetapi ini sudah menjadi perhatian generasi dewasa.

Rincian penelitian ini dapat ditemukan di www.sciencenews.org/blog/growth-curve/kids-are-selective-imitators-not-extreme-copycats