Bahkan menghindari penyamakan kulit tidak akan menyelamatkan orang berambut merah dari kanker kulit

Sebuah tim ilmuwan dari Pusat Penelitian Kulit Charlestown menemukan bahwa orang-orang yang berkulit putih dan berambut merah berisiko terkena melanoma bahkan dengan perlindungan penuh dari sinar UV.

Penelitian ini dilakukan di bawah arahan Dr. David Fisher.

Menurut para ahli, perlindungan konstan dan penolakan total untuk berjemur tidak mengurangi risiko kanker kulit pada orang berambut merah. Hal ini dijelaskan oleh fakta bahwa DNA mereka mengandung gen rusak yang melindungi sel-sel kulit dari mutasi.

Melanoma merupakan salah satu jenis tumor ganas yang paling umum di dunia. Menurut statistik WHO, 132.000 orang di seluruh dunia menjadi korban kanker kulit setiap tahunnya. Orang berambut merah dan pirang disarankan untuk menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan, karena kulit mereka kurang terlindungi dari radiasi ultraviolet matahari dan paling rentan terhadap melanoma.

Sekelompok ilmuwan di Lava bersama Dr. Fisher melakukan percobaan pada tikus, menanamkan gen manusia yang bertanggung jawab atas warna kulit dan rambut. Hasilnya adalah tiga kelompok hewan: satu - pirang, yang kedua - berambut cokelat, dan yang ketiga - berambut merah.

Hewan pengerat berambut cokelat berbeda dari kerabatnya karena mereka memiliki serangkaian gen normal, tidak seperti dua kelompok lainnya, yang memiliki gen dengan mutasi berbeda. Secara khusus, "si rambut merah" memiliki gen MC1R yang rusak, yang bertanggung jawab atas produksi eumelanin, pigmen hitam. Jika area ini rusak, maka sel-sel rambut dan kulit mulai memproduksi pewarna lain - pheomelanin, yang membuat si rambut merah menjadi merah.

Hewan pengerat pirang tidak mengalami kerusakan pada gen MC1R, tetapi tidak menghasilkan satu molekul pigmen pun. Kelainan ini disebabkan oleh mutasi pada gen lain, Tyr.

Tujuan para spesialis adalah untuk mengetahui seberapa rentan tikus dari masing-masing kelompok terhadap perkembangan kanker kulit. Untuk melakukan ini, para peneliti menyilangkan hewan tersebut dengan hewan pengerat yang secara genetik memiliki kecenderungan untuk mengembangkan melanoma.

Setelah kelahiran tikus generasi kedua, mereka ditempatkan di kandang terpisah dan aktivitas vital mereka diamati selama setahun, sambil membatasi paparan sinar ultraviolet pada kulit mereka sebanyak mungkin.

Ternyata, sekitar setengah dari keturunan tikus "berambut merah" mati karena kanker kulit pada tahun pertama kehidupan. Dan jumlah "berambut cokelat" dan "berambut pirang" berkurang hanya 10-20%, meskipun genom mereka mengandung mutasi berbahaya.

Menurut para ilmuwan, alasannya bukan hanya karena molekul eumelanin melindungi sel kulit dari radiasi ultraviolet, tetapi juga karena mereka mencegah oksidasi molekul DNA dan munculnya mutasi kanker.

Para ahli mengatakan bahwa orang berambut merah dapat mengurangi risiko terkena melanoma berkat antioksidan dan obat-obatan yang merangsang sintesis eumelanin.

[ 1 ], [ 2 ]