Enuresis pada anak: apa yang harus dilakukan?

Masalah inkontinensia urin pada anak merupakan fenomena umum, namun, anak-anak menderita karenanya dan orang tua sangat khawatir.

Pertama, orang tua harus mencari tahu apakah masalah ini baru saja muncul atau apakah seprai basah merupakan kejadian yang umum. Kedua situasi ini sangat berbeda dan disebut enuresis primer dan sekunder. Masing-masing memerlukan pendekatan dan penanganannya sendiri.

Penyebab enuresis sekunder biasanya dikaitkan dengan stres dan trauma psikologis, itulah sebabnya lebih sedikit anak yang menderita enuresis sekunder. Namun, menentukan penyebab enuresis primer bisa jadi jauh lebih sulit.

Menurut para ilmuwan, enuresis primer dapat disebabkan oleh masalah serupa pada salah satu orang tua atau karena alasan genetik. Ada anggapan bahwa inkontinensia urin merupakan konsekuensi dari keterlambatan perkembangan sistem saraf bayi. Bahkan saat tidur dengan kandung kemih penuh, otak mengirimkan sinyal yang tidak memungkinkan kandung kemih kosong. Jika sistem saraf anak kurang berkembang, sinyal-sinyal ini mungkin terlalu lemah.

Masalah ini perlu ditangani dan hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah memberi tahu dokter anak Anda tentang hal itu.

Banyak orang tua yang merasa canggung dan karena itu bungkam saja tentang masalah tersebut dengan harapan bahwa setelah beberapa saat, ketika bayi sudah besar, semuanya akan beres dengan sendirinya. Namun, untuk menyingkirkan semua penyebab medis, lebih baik tidak menunda pembicaraan.

Tes urine dapat membantu mendeteksi kemungkinan infeksi saluran kemih atau kelebihan gula.

Selain itu, pemeriksaan oleh dokter spesialis dapat mengungkap adanya, misalnya, sembelit, yang dapat menimbulkan tekanan pada kandung kemih dan menyebabkan buang air kecil yang tidak disengaja. Ada juga kasus ketika anak-anak ditemukan mengalami sleep apnea, yaitu saat pernapasan terhenti untuk beberapa saat, yang dapat memicu buang air kecil.

Bantuan psikolog mungkin diperlukan jika anak menyaksikan kejadian yang mengejutkannya.

Konsultasi dengan psikolog akan membantu mengoreksi konsekuensi dari apa yang Anda alami.

Masalah mengompol pada anak dapat diatasi dengan beberapa cara. Salah satunya adalah memasang sensor kelembapan khusus yang membangunkan anak di waktu yang tepat.

Anda juga dapat membangunkan anak Anda beberapa jam setelah ia tidur dan membawanya ke toilet.

Jika anak tidak haus, maka Anda dapat membatasi asupan cairan sebelum tidur, dan juga melakukan terapi obat dengan agen yang mengurangi produksi urine di malam hari. Namun, sebelum mulai mengonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.

[ 1 ], [ 2 ], [ 3 ], [ 4 ], [ 5 ]