Gejala individu setelah gegar otak bertahan selama bertahun-tahun

Para ilmuwan dari Universitas La Trobe Australia telah menemukan bahwa beberapa gejala yang muncul setelah gegar otak dapat mengganggu pasien selama bertahun-tahun. Para ahli telah melakukan penelitian ekstensif, yang akan menghasilkan metode diagnostik dan pengobatan baru untuk sindrom pascagegar otak yang akan dikembangkan di masa mendatang.

Penulis proyek tersebut adalah Profesor Alan Pearce.

Sekitar sepuluh persen pasien yang mengalami gegar otak kemudian mengalami komplikasi berupa sindrom pascagegar otak. Ini adalah kompleks gejala yang berlangsung lama setelah cedera. Misalnya, gejala individual mungkin muncul pada seseorang selama beberapa minggu atau bulan setelah cedera. Selain itu, diagnosis tambahan sering kali tidak dilakukan, atau diagnosis yang salah dibuat.

Sekitar 80% gegar otak disebabkan oleh cedera traumatis sedang, dan ini adalah yang paling umum. Dalam proyek penelitian baru mereka, para peneliti mencoba menentukan seberapa parah gejala sindrom pascagegar otak, dan kemudian mengusulkan pilihan pengobatan mereka sendiri untuk pasien tersebut.

Pakar gegar otak terkemuka Alan Pearce telah menggunakan teknologi mutakhir untuk mengetahui seberapa baik sindrom pasca gegar otak dapat dikenali, mekanisme apa yang dipicu dalam tubuh dan, oleh karena itu, perawatan apa yang akan sangat relevan.

Dengan menggunakan dua pendekatan teknologi yang berbeda untuk mengukur sinyal yang dikirim ke dan dari otak, profesor dan rekan-rekannya menentukan status fungsional organ tersebut. Mereka memperoleh data yang sebelumnya tampak sama sekali tidak dapat diakses untuk penelitian. Misalnya, para spesialis menentukan bahwa pasien yang menderita sindrom pascagegar otak mengalami kelelahan kronis dan cukup parah, dikombinasikan dengan reaksi yang lambat. Dalam penelitian serupa yang dilakukan sebelumnya, para ilmuwan hanya memperhitungkan perubahan kognitif dan menggunakan pencitraan resonansi magnetik.

Menurut para peneliti, hasil proyek ini akan membantu membentuk metode diagnostik baru untuk mendeteksi sindrom pascagegar otak. Dalam waktu dekat, para ilmuwan berencana untuk melaksanakan pekerjaan baru yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mempelajari program rehabilitasi yang optimal bagi pasien. Program tersebut harus mencakup perubahan nutrisi, aktivitas fisik tertentu, dan melakukan latihan khusus untuk memulihkan fungsi otak yang sesuai.

Hasil proyek penelitian tersebut dijelaskan di situs web Universitas La Trobe (www.latrobe.edu.au/news/articles/2019/release/understanding-post-concussion-symptoms).