"Jam Kematian" sebagai bagian dari propaganda anti-merokok

Gaya hidup sehat sangat populer saat ini dan banyak negara berupaya keras untuk memerangi kebiasaan merokok yang meluas. Iklan antirokok tersebar luas, merokok semakin dilarang di tempat makan umum, dan jumlah mantan perokok bertambah setiap hari. Penduduk negara kecil Asia, Bangladesh, telah mengalahkan semua orang yang pernah terlibat dalam iklan sosial antirokok. Di alun-alun pusat ibu kota Bangladesh, ada jam mekanis besar yang menunjukkan bukan waktu, tetapi jumlah kematian yang terjadi karena merokok setiap hari.

Baca juga: 7 Cara Berhenti Merokok

Bangladesh merupakan negara dengan jumlah perokok aktif terbesar di dunia. Apa yang disebut "jam kematian" dibuat untuk membangkitkan kesadaran para perokok di negara tersebut dan membuat mereka memperhatikan jumlah nyawa manusia yang hilang akibat kecanduan tembakau yang berlebihan. Di Bangladesh sendiri, lebih dari lima puluh ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat kanker paru-paru dan penyakit terkait rokok lainnya.

Para penggagas iklan sosial yang tidak biasa ini adalah para aktivis dari sebuah organisasi rakyat yang bertujuan untuk memberantas rokok. Ketua organisasi tersebut yakin bahwa imbauan ini akan membantu menarik perhatian terhadap masalah rokok tidak hanya di kalangan penduduk setempat, tetapi juga di kalangan tokoh politik yang berpengaruh. Program yang bertujuan untuk memberantas rokok ini akan membutuhkan dukungan dari para pejabat, sehingga imbauan ini akan berlangsung hingga sidang parlemen berikutnya pada akhir Januari.

Anggota organisasi antirokok telah mengirimkan petisi ke parlemen untuk mengubah undang-undang yang mengatur tentang pemberantasan rokok di tempat umum. Petisi tersebut didasarkan pada argumen bahwa karena keterlambatan amandemen ini dan karena kurangnya kesadaran warga, lebih dari seratus nyawa manusia hilang setiap hari. Menurut penyelenggara aksi, iklan sosial harus membangkitkan tanggung jawab perokok dewasa dan menimbulkan respons dari pejabat.

Masih ada penentang keras merokok tembakau di antara penduduk negara itu. Mereka menjelaskan pilihan mereka dengan fakta bahwa mereka telah berusaha menjaga kesehatan mereka sendiri sejak muda, tidak menganggap bau tembakau menarik, dan merokok sebagai tren yang modis. Meskipun demikian, lebih dari 55 persen penduduk laki-laki Bangladesh adalah perokok aktif. Situasinya sedikit lebih baik pada jenis kelamin perempuan, hanya 20-23 persen perempuan yang merokok secara teratur.

Dampak buruk asap rokok tidak hanya bagi perokok langsung, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya, telah lama terbukti. Anak-anak kecil dan ibu hamil adalah yang paling menderita dalam kasus seperti itu. Anggota perkumpulan yang memerangi rokok percaya bahwa hanya dengan melarangnya pemerintah dapat membuktikan kepeduliannya terhadap bangsa yang sehat. Pakar kesehatan percaya bahwa "jam kematian" bersama dengan petisi kepada parlemen untuk mengadopsi amandemen undang-undang dan iklan antirokok yang aktif akan dapat mengurangi jumlah perokok di negara ini. Selain itu, direncanakan untuk menetapkan larangan merokok di tempat-tempat ramai dan kenaikan harga produk tembakau yang signifikan.