Kondisi stres ibu hamil memengaruhi jenis kelamin bayi

Jika seorang wanita mengalami stres berat selama masa perencanaan atau mengandung anak, ia memiliki kemungkinan lebih besar untuk melahirkan anak perempuan. Kesimpulan ini diutarakan oleh para ilmuwan Spanyol yang mewakili Universitas Granada.

Ada banyak faktor yang diketahui yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi jalannya persalinan, kelahiran seorang anak, dan kualitas perkembangan janin. Secara khusus, stres psikologis yang parah pada seorang wanita dapat menyebabkan depresi pascapersalinan, menyebabkan perlunya tindakan obstetrik tambahan selama persalinan, mengubah permulaan periode laktasi, dan memengaruhi perkembangan neuropsikis bayi selama enam bulan pertama setelah kelahiran.

Dalam studi baru mereka, para ilmuwan bertanya pada diri sendiri: apakah ada hubungan antara stres yang dialami bukan selama kehamilan, tetapi sebelumnya, dan jenis kelamin bayi di masa depan? Perwakilan dari Pusat Studi Jiwa, Otak, dan Perilaku di Universitas Granada menganalisis rambut untuk mengetahui kandungan hormon glukokortikoid kortisol. Lebih dari seratus wanita dengan kehamilan yang dikonfirmasi hingga minggu kesembilan diperiksa. Selain tes, para wanita menjalani tes psikologis.

Analisis kadar kortisol dalam biomaterial yang diambil pada periode berbeda pada trimester pertama kehamilan menunjukkan kandungan hormon kortikosteroid selama tiga bulan terakhir (dalam satu bulan, rambut tumbuh sekitar 10 mm). Dengan cara ini, para ilmuwan dapat mencakup periode sebelum dan sesudah pembuahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hormon pada rambut wanita yang kemudian melahirkan anak perempuan adalah 2 kali lebih tinggi daripada pada wanita yang kemudian melahirkan anak laki-laki.

Bagaimana situasi ini dapat dijelaskan? Para ilmuwan berpendapat bahwa mungkin stimulasi mekanisme stres, yang meliputi aktivitas hipotalamus, kelenjar pituitari, dan kelenjar adrenal, serta peningkatan produksi kortisol, memengaruhi kadar hormon seks selama pembuahan. Sudah menjadi fakta umum bahwa jenis kelamin bayi di masa depan dipengaruhi oleh testosteron, yang kadarnya meningkat selama stres prenatal.

Versi kedua yang dapat menjelaskan situasi tersebut adalah sebagai berikut: sel reproduksi pria yang mengandung kromosom X, yang menentukan jenis kelamin bayi perempuan, lebih mudah mengatasi penghalang lendir serviks dalam kondisi sulit. Jika ibu hamil mengalami stres berat dan akibatnya terjadi perubahan hormonal, maka spermatozoa dengan kromosom X memiliki peluang lebih besar untuk mencapai sel telur.

Bagaimanapun, para peneliti mengonfirmasi hubungan antara stres dan jenis kelamin anak, tetapi hanya jika stres ini terjadi tepat sebelum atau selama pembuahan. Mekanisme pasti yang menentukan proses ini masih belum diketahui.

Rincian lengkap penelitian ini tersedia di situs web Universidad de Granada