Kemungkinan stroke meningkat dalam beberapa bulan pertama setelah cedera kepala atau leher

Dalam penelitian baru, ilmuwan dari Amerika Serikat telah menetapkan bahwa cedera leher dan kepala meningkatkan risiko terkena kecelakaan serebrovaskular akut (stroke) tiga kali lipat pada orang di bawah usia 50 tahun. Makalah ilmiah yang ditujukan untuk masalah ini ditinjau pada konferensi internasional yang ditujukan untuk masalah stroke.

Dalam proyek penelitian baru mereka, para ilmuwan menganalisis kesehatan lebih dari satu juta pasien di bawah usia 50 tahun yang pernah mengalami cedera kepala atau leher di masa lalu. Ternyata dari 100 orang, 11 orang mengalami stroke pada bulan pertama setelah cedera. Di Amerika Serikat saja, sekitar dua juta orang mendatangi ruang gawat darurat setiap bulan dengan berbagai cedera, dan menurut para ahli, lebih dari dua ratus orang dirawat di rumah sakit dengan stroke iskemik setelah mengalami cedera. Rata-rata, usia pasien yang mengalami stroke setelah mengalami cedera adalah sekitar 37 tahun.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh para ilmuwan sendiri, penemuan mereka cukup penting bagi ilmu pengetahuan dan kedokteran, karena dengan mengetahui bahwa cedera dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke, pemeriksaan tambahan harus dilakukan saat seseorang dirawat di rumah sakit. Menurut para ahli, penyebab stroke adalah pecahnya pembuluh darah di kepala dan leher, yang menjadi tempat masuknya nutrisi penting ke otak. Saat cedera terjadi, pembuluh darah ini akan tersumbat, yang berujung pada perkembangan kondisi yang mengancam jiwa dalam waktu dekat.

Dokter percaya bahwa jika pembuluh darah yang pecah terdeteksi segera setelah seseorang dirawat di rumah sakit karena cedera, maka stroke dapat dicegah dengan bantuan terapi antitrombotik khusus. Penelitian telah menunjukkan bahwa sepersepuluh pasien yang pernah mengalami stroke memiliki pembuluh darah yang rusak, tetapi sangat sedikit yang telah diperiksa untuk patologi ini sebelum stroke.

Tim peneliti mencatat bahwa analisis mereka mengamati lebih banyak kasus pasien yang dirawat di bagian gawat darurat dengan berbagai cedera kepala atau leher. Dalam studi mendatang, para peneliti berencana untuk mempersempit cakupan studi mereka dan mengamati kasus-kasus individual dan jenis cedera tertentu, seperti patah tulang belakang, setelah kecelakaan lalu lintas yang parah.

Baca juga: Cedera kepala tingkatkan risiko stroke hemoragik sepuluh kali lipat

Penelitian terkini juga menunjukkan bahwa fluktuasi suhu siang hari yang signifikan dengan tingkat kelembapan sedang dan tinggi meningkatkan risiko kecelakaan serebrovaskular. Pada saat yang sama, para ilmuwan menemukan bahwa penurunan suhu tahunan rata-rata juga meningkatkan risiko stroke dan kematian akibat kondisi serius ini. Menurut para peneliti, kondisi cuaca dapat menjadi faktor stres utama bagi orang-orang yang berisiko dan oleh karena itu mereka perlu dapat bertindak bijak jika terjadi tanda-tanda awal kondisi ini. Menurut para ahli sendiri, beberapa penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk lebih memahami mekanisme kerja perubahan iklim terhadap kesehatan pembuluh darah di otak.