Makanan dan minuman yang kaya akan flavonoid mengurangi risiko diabetes tipe 2 hingga 28%.

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nutrition & Diabetes meneliti hubungan antara diet kaya flavonoid dan perkembangan diabetes tipe 2 di antara populasi besar di Inggris.

Sudah diketahui bahwa pola makan yang kaya akan makanan nabati dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2. Namun, tanaman kaya akan berbagai senyawa polifenol yang bervariasi dalam bioavailabilitas dan bioaktivitasnya.

Flavonoid, kategori senyawa polifenolik, dibagi menjadi enam subkelas utama: flavanon, flavon, flavan-3-ol, flavonol, antosianin, dan isoflavon.

Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa peningkatan asupan flavonoid dapat menyebabkan peningkatan sensitivitas insulin dan perbaikan profil lipid darah.

Penelitian tentang asupan flavonoid dan risiko diabetes tipe 2

Studi baru ini melibatkan 113.097 peserta dari UK Biobank, sebuah studi kohort berbasis populasi besar yang merekrut lebih dari 500.000 orang dewasa di Inggris dari tahun 2006 hingga 2010.

Asupan flavonoid pada peserta dinilai melalui dua atau lebih survei diet 24 jam yang dianalisis menggunakan basis data USDA.

Sepuluh makanan kaya flavonoid dipilih berdasarkan asupan harian rata-rata. Skor Diet Flavonoid (FDS) dihitung dengan menjumlahkan porsi sepuluh makanan ini.

Analisis statistik dilakukan dengan menyesuaikan potensi faktor pengganggu untuk menilai hubungan antara asupan flavonoid dan perkembangan diabetes tipe 2.

Studi tersebut menemukan bahwa konsumsi makanan kaya flavonoid yang lebih tinggi lebih umum di kalangan wanita, orang dewasa yang lebih tua, mereka yang menjalani gaya hidup aktif, dan orang dengan tingkat pendidikan tinggi.

Asupan flavonoid harian rata-rata adalah 805,7 miligram. Di antara subkelas flavonoid, polimer—termasuk proantosianidin—dan flavan-3-ol merupakan kontributor utama, masing-masing mencakup 67% dan 22% dari total asupan.

Teh merupakan sumber utama untuk subkelas ini. Flavon, yang sebagian besar berasal dari cabai, memberikan kontribusi paling sedikit terhadap asupan flavonoid total.

Saat menganalisis hubungan antara asupan flavonoid dan risiko terkena diabetes tipe 2, penelitian tersebut memperhitungkan demografi dan gaya hidup peserta.

Skor Diet Flavonoid (FDS) yang lebih tinggi—setara dengan mengonsumsi enam porsi makanan kaya flavonoid per hari—ditemukan terkait dengan risiko 28% lebih rendah terkena diabetes tipe 2 dibandingkan dengan FDS yang lebih rendah, yaitu satu porsi per hari.

Studi tersebut menemukan bahwa setiap tambahan sajian harian makanan kaya flavonoid mengurangi risiko diabetes hingga 6%, dengan 4 sajian teh hitam atau hijau per hari dikaitkan dengan risiko 21% lebih rendah, 1 sajian beri per hari dikaitkan dengan risiko diabetes 15% lebih rendah, dan 1 sajian apel per hari dikaitkan dengan risiko 12% lebih rendah.

Flavonoid mengurangi peradangan, membantu mengendalikan kadar gula darah

Analisis mengidentifikasi indeks massa tubuh (BMI), faktor pertumbuhan mirip insulin 1 (IGF-1), protein C-reaktif, cystatin C, urat, gamma-glutamil transferase (GGT), dan alanin aminotransferase (ALT) sebagai mediator potensial.

Hasilnya menunjukkan bahwa diet kaya flavonoid memiliki efek positif pada manajemen berat badan, metabolisme glukosa, peradangan, serta fungsi ginjal dan hati, sehingga mengurangi risiko diabetes tipe 2.

Flavonoid, terutama antosianin, flavan-3-ol, dan flavonol, meningkatkan sekresi dan pensinyalan insulin serta memperbaiki pengangkutan dan metabolisme glukosa.

Akan tetapi, hasil studi tersebut mungkin tidak berlaku untuk populasi non-Eropa, karena studi tersebut melibatkan orang dewasa Inggris paruh baya.