Obat anti-kanker baru dapat membantu membunuh sel HIV

Penelitian tentang potensi obat kanker dalam uji klinis menunjukkan obat tersebut mungkin efektif dalam mengobati infeksi HIV laten pada pasien yang menerima terapi antiretroviral (ART), yang menekan virus.

Meskipun terapi antiretroviral telah membantu mengurangi angka kematian HIV global secara signifikan, pencarian obat untuk memberantas penyakit ini sepenuhnya terus berlanjut.

Sebuah tim ilmuwan dari SBP Institute for Medical Research (La Jolla, California) menggunakan obat antikanker dari kelas mimetik SMAC (peniru aktivator mitokondria sekunder caspase - protein endogen yang merangsang apoptosis sel kanker) untuk menekan sel-sel "tidur" dari virus immunodeficiency manusia dalam tubuh orang yang terinfeksi HIV yang menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral yang hanya memperlambat perkembangan infeksi HIV.

Obat antiretroviral standar bekerja dengan menghentikan sel HIV berkembang biak dan memberi sistem kekebalan tubuh kemampuan untuk mencegah infeksi lain. Namun, HIV tidak pernah sepenuhnya diberantas dengan ART. Dan masalah dengan pengobatan HIV adalah bahwa setelah Anda berhenti minum obat antiretroviral, beberapa sel virus yang tidak aktif menjadi aktif, menyebabkan fase aktif baru dari penyakit tersebut.

Menurut salah satu pemimpin studi baru, Dr. Lars Pasche, para ilmuwan tengah mencari metode untuk membersihkan sel-sel tempat virus imunodefisiensi "tidur." Para spesialis telah menjuluki pendekatan ini sebagai "kerusakan akibat guncangan," tetapi sejauh ini hanya sedikit keberhasilan dalam pengembangannya. Obat-obatan yang diciptakan hingga saat ini - agen pembalik latensi (LRA) - tidak menghasilkan efek yang diharapkan, dan dalam beberapa kasus merangsang sistem kekebalan tubuh sedemikian rupa sehingga menyebabkan kematian pasien.

Hasil studi baru, yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Amerika Cell Host & Microbe, menyebutkan bahwa para ilmuwan telah menemukan hubungan antara peningkatan aktivitas HIV dan tidak adanya gen BIRC2 pada pasien, yang mengkode penghambat endogen kematian sel terprogram (apoptosis) - protein cIAP1. Karena mimetik SMAC antikanker memblokir gen BIRC2, para peneliti tertarik pada kemampuan potensial obat-obatan ini untuk membuat virus yang tidak aktif "bangun." Ini akan memungkinkannya untuk diidentifikasi dan diserang oleh sistem kekebalan tubuh.

Seperti yang dicatat oleh para ilmuwan, virus imunodefisiensi berhasil bersembunyi dari sistem imun berkat DNA-nya yang "terpilin rapat". Mereka menyarankan bahwa mimetik SMAC dapat dikombinasikan dengan obat dari golongan penghambat histone deacetylase, Panobinostat, yang bekerja dengan cara mengurai DNA ini.

Para peneliti menguji mimetik SMAC BOO-0637142 yang dikombinasikan dengan panobinostat pada sel yang diambil dari pasien terinfeksi HIV yang menjalani ART. Kombinasi obat tersebut membangkitkan kembali sel HIV tanpa mengaktifkan sistem kekebalan tubuh. Uji coba dengan mimetik SMAC antikanker lainnya, LCL161 (yang baru saja memasuki uji klinis pada ahli onkologi), menunjukkan hasil yang sama.

Rekan penulis studi, Dr. Samit Chanda, mencatat bahwa mimetik SMAC plus penghambat histone deacetylase merupakan pukulan ganda terhadap HIV, jauh lebih kuat daripada agen pembalik latensi (LRA), yang menunjukkan bahwa penelitian ini dapat menjadi selangkah lebih dekat untuk memecahkan masalah latensi HIV.

Rencana langsung para peneliti tersebut termasuk bekerja sama dengan perusahaan farmasi untuk melakukan studi relevan tentang keamanan dan kemanjuran kombinasi obat-obatan ini dalam model klinis sebelum mengujinya pada pasien.

Pada bulan Juli tahun ini, Medical News Today melaporkan sebuah penelitian yang menemukan bahwa sel HIV menjadi aktif lebih jarang setelah terapi antiretroviral daripada yang diperkirakan sebelumnya: hanya seminggu sekali (hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Pathogens).

[ 1 ], [ 2 ], [ 3 ]