Apakah pasta dan diet kompatibel?

Indeks glikemik yang rendah memungkinkan Anda untuk makan pasta sesekali, termasuk bagi mereka yang memperhatikan bentuk tubuhnya.

Bagi mereka yang sedang diet, karbohidrat merupakan pantangan utama, namun tidak semuanya dapat menimbulkan bahaya.

Misalnya, mari kita perhatikan pasta yang terkenal dan disukai banyak orang - makaroni, mi, spageti, dll. Produk yang terbuat dari gandum yang kaya gluten (yang disebut varietas keras) memiliki indeks glikemik rendah. Ini berarti bahwa setelah memakannya, kadar glukosa darah akan meningkat secara bertahap dan tidak akan mencapai angka yang tinggi.

Jika Anda harus memilih antara gula-gula dan pasta, lebih baik memberi preferensi pada yang terakhir: karbohidrat dari keduanya tidak langsung diserap, tetapi secara bertahap masuk ke aliran darah, sehingga tidak membebani pankreas. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh tidak tegang, metabolisme tidak terganggu, karena tidak perlu mengerahkan semua tenaga untuk memanfaatkan gula dalam jumlah besar. Banyak ahli gizi menganggap karbohidrat dari pasta yang terbuat dari gandum durum relatif aman.

Mengapa kata "relatif" muncul? Memang, bihun dan mi tidak membahayakan proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, sehingga tidak akan memicu munculnya berat badan berlebih. Untuk memverifikasi hal ini, para dokter yang mewakili Rumah Sakit St. Michael dan Universitas Toronto mempelajari tiga puluh makalah ilmiah tentang gizi makanan. Karya-karya ini menggambarkan pengamatan cermat terhadap pasien yang mengikuti diet yang mencakup penggunaan produk dengan indeks glikemik rendah.

Penelitian ini mencakup informasi dari dua setengah ribu pasien. Mereka semua menyesuaikan pola makan mereka, mengganti apa yang disebut karbohidrat cepat saji dengan pasta. Jumlah rata-rata pasta yang dikonsumsi per minggu per orang hampir tiga setengah porsi. Porsi rata-rata sekitar setengah cangkir 250 ml. Apa yang akhirnya ditemukan oleh para peneliti?

Berdasarkan hasil analisis gabungan dari pekerjaan para ahli gizi, para spesialis menegaskan bahwa pasta dan jenis pasta lainnya tidak menyebabkan penambahan berat badan berlebih. Bahkan lebih dari itu: pasien yang memasukkan pasta dalam diet mereka kehilangan sedikitnya 500 g selama tiga bulan. Tentu saja, perlu diperhitungkan bahwa orang tidak hanya makan mi, dan menu diet setiap orang berbeda-beda. Dan para peneliti tidak menyebutkan aktivitas fisik subjek.

Sekarang mari kita kembali ke alasan mengapa pasta dapat dianggap "relatif" aman. Faktanya adalah bahwa produk-produk ini sendiri tidak akan membahayakan jika ditambahkan ke dalam makanan dalam jumlah yang wajar. Akan lebih baik jika spageti dibumbui dengan sayuran yang direbus dalam sedikit air dan sedikit keju keras. Namun, saus berlemak yang dibuat berdasarkan krim dan minyak dapat meningkatkan kandungan kalori dari satu porsi beberapa kali lipat. Hal ini harus diperhatikan saat menyusun menu diet.

Anda dapat membaca lebih lanjut tentang penelitian ini di halaman BMJ Open (https://bmjopen.bmj.com/content/8/3/e019438).

[ 1 ], [ 2 ]