Penelitian: Mengapa anak prasekolah menjadi agresif?

Tidak semua anak yang menunjukkan perilaku agresif memiliki penyebab yang sama. Para peneliti di Pennsylvania State University menemukan bahwa beberapa anak prasekolah yang menunjukkan perilaku agresif memiliki kemampuan verbal yang rendah, sementara anak lain yang menunjukkan perilaku serupa mudah bersemangat.

Temuan ini menunjukkan bahwa anak-anak dengan penyebab mendasar berbeda dari perilaku serupa mungkin memerlukan pendekatan perawatan berbeda.

" Reaksi agresif merupakan perilaku alami yang umum terjadi pada anak usia dini, tetapi orang dewasa mengharapkan perubahan perilaku dan kemampuan untuk mengendalikan emosi dari anak yang mulai masuk taman kanak-kanak atau sekolah," kata Dr. Lisa Gatzke-Kopp. "Jika seorang anak tidak dapat mengatasinya sendiri, orang dewasa harus memperhatikannya dan memastikan untuk membantu mereka. Jika tidak, mengabaikan sinyal yang menunjukkan masalah dalam bidang emosional dapat mengakibatkan masalah serius di masa mendatang: membolos, melakukan kekerasan terhadap teman sebaya, kecanduan narkoba, dan terkadang bunuh diri."

Dr. Gatzke-Kopp, bekerja sama dengan tim rekannya, meminta guru dari sepuluh prasekolah di sekolah dasar untuk menilai tingkat agresi pada anak-anak pada skala enam poin. Dengan menggunakan informasi yang mereka terima, para spesialis menganalisis respons perilaku dari dua kelompok anak. Kelompok dengan tingkat agresi yang tinggi mencakup 207 anak prasekolah, sementara jumlah anak yang lebih sedikit dimasukkan dalam kelompok dengan tingkat agresi yang rendah – 132 orang.

Kedua kelompok ahli menjalani analisis neurobiologis, yang tujuannya adalah untuk mengidentifikasi perbedaan yang mendasari perilaku anak-anak yang agresif dan kurang agresif.

Untuk melakukan hal ini, para ilmuwan melakukan pengujian terhadap anak-anak, yang mana mereka memeriksa keterampilan akademis dan kognitif mereka dan mengidentifikasi tingkat kosakata, dan juga mengetahui seberapa berkembang penalaran spasial dan ingatan subjek.

Pengasuh menilai tingkat pembangkangan, kesedihan, keterampilan sosial, dan pengendalian diri setiap anak.

Para ahli mencoba memahami bagaimana saling keterkaitan reaksi emosional dan fisik terhadap berbagai jenis emosi pada anak-anak yang agresif dan tidak agresif.

Menurut para peneliti, mempelajari masalah ini telah memungkinkan kita untuk memahami bagaimana pemrosesan emosional dan kognitif memengaruhi perkembangan agresi pada anak-anak.

Secara khusus, para ahli menemukan bahwa 90% anak agresif ditandai oleh kemampuan verbal rendah dan rangsangan fisiologis ringan.

[ 1 ], [ 2 ]