Penyakit kejiwaan memiliki "akar" genetik yang sama

Enam tahun lalu, tim ahli genetika dari sembilan belas negara berbeda memulai studi genetik-psikiatris skala besar yang bertujuan untuk mempelajari sifat penyakit kejiwaan umum. Tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan karakteristik genetik yang menunjukkan terjadinya gangguan saraf dan penyakit psikoneurologis. Dalam perjalanan studi, dokter menemukan bagaimana karakteristik genetik seseorang dapat memengaruhi terjadinya penyakit kejiwaan.

Eksperimen tersebut melibatkan lebih dari 35.000 orang dewasa yang sakit mental dan lebih dari 28.000 orang dewasa yang sehat. Penulis studi tersebut mengklaim bahwa hingga saat ini, ini adalah studi terbesar yang secara bersamaan mencakup psikiatri, genetika, dan neuropatologi: baik dari segi jumlah orang yang berpartisipasi maupun dari segi waktu.

Lebih dari tujuh tahun yang lalu, para ilmuwan menemukan salah satu misteri yang menyertai studi penyakit kejiwaan: dengan ciri genetik yang identik, ada banyak penyakit kejiwaan. Kesimpulan ini, bisa dikatakan, agak mengecewakan para ilmuwan. Bahkan sebelumnya, ketika mempelajari, misalnya, penyakit saudara kembar, para ilmuwan terkejut oleh fakta bahwa dengan prasyarat genetik yang identik, saudara kembar menderita penyakit yang berbeda: yang satu bisa sakit skizofrenia, dan yang kedua pada saat yang sama dengan gangguan bipolar. Telah lama diketahui keluarga di mana sebagian besar kerabat rentan terhadap penyakit kejiwaan: anggota keluarga dengan mutasi genetik yang sama menderita berbagai penyakit kejiwaan.

Awalnya, para ilmuwan secara luas meyakini bahwa kasus-kasus seperti itu merupakan pengecualian terhadap aturan dan jarang terjadi. Ketidaksepakatan dan pertikaian para spesialis itulah yang menyebabkan perlunya melakukan studi skala besar yang akan membantu memperjelas pola antara karakteristik genetik manusia dan kecenderungan penyakit kejiwaan.

Hasil studi enam tahun yang akurat secara statistik menunjukkan bahwa beberapa penyakit kejiwaan sebenarnya memiliki "akar" genetik yang sama. Dokter membicarakan penyakit-penyakit berikut: autisme, psikosis manik-depresif atau gangguan bipolar, depresi klinis, skizofrenia, defisit perhatian klinis, dan bahkan hiperaktivitas. Kepala studi mengatakan bahwa saat ini, sains belum mengetahui semua kemungkinan gen, dan penelitian lebih lanjut dapat mengungkap gen lain yang umum pada penyakit kejiwaan lainnya.

Di sisi lain, para ilmuwan mengklaim bahwa tidak semua mutasi genetik dapat membahayakan kesehatan mental seseorang. Hanya beberapa bagian DNA selama mutasi yang membawa risiko potensial bahwa seseorang mungkin rentan terhadap penyakit kejiwaan.

Para dokter percaya bahwa penelitian ini akan membuka cakrawala baru bagi para ahli genetika, yang setelah menerima hasil percobaan, akan dapat mempelajari lebih rinci interaksi gen dan penyakit pada sistem saraf dan otak. Selain itu, para peneliti yang optimis berbicara tentang kemungkinan terapi genetik, yang dengannya beberapa penyakit kejiwaan dapat dicegah atau disembuhkan pada tingkat genetik. Di sisi lain, peneliti lain yakin bahwa genetika tidak berkontribusi pada perkembangan penyakit, tetapi hanya menciptakan "tingkat dasar" yang dapat menjadi lahan subur bagi skizofrenia, misalnya.