Seberapa persisten kekebalan setelah infeksi virus corona?

Para ahli menyatakan bahwa orang yang tidak divaksinasi dan telah pulih dari COVID-19 dapat jatuh sakit lagi hanya dalam waktu 3 bulan. Kekebalan tubuh setelah sakit, berapa pun tingkat keparahannya, tidaklah stabil.

Ciri infeksi virus corona ini dilaporkan oleh karyawan Yale College of Public Health dan University of North Carolina di Charlotte. Namun, pada orang yang telah divaksinasi, situasinya berbeda: perlindungan kekebalan mereka lebih stabil dan tahan lama.

Para ahli menganalisis informasi tentang pasien yang terinfeksi ulang dengan virus COVID-19. Hasilnya, mereka mengidentifikasi risiko yang paling mungkin terjadi. Ditemukan bahwa patogen infeksi virus corona mampu beradaptasi dan tidak mati bahkan dalam kondisi yang berpotensi membahayakan. Selain itu, agen infeksius dapat dengan mudah masuk kembali ke dalam tubuh - misalnya, jika pertahanan kekebalan tubuh seseorang melemah, atau sistem kekebalan tubuh belum pulih sepenuhnya setelah penyakit pertama.

Para ilmuwan melakukan penilaian filogenetik terhadap gen-gen individual dan merekonstruksi filogeni molekuler dengan probabilitas maksimum yang diciptakan kembali dari infeksi manusia dengan infeksi virus corona. Filogeni tersebut membantu membandingkan tingkat dan kualitas antibodi, memeriksa data tentang infeksi ulang dengan virus corona endemik. Kemudian para peneliti menganalisis berbagai kondisi manusia untuk memperkirakan penurunan yang diharapkan dalam tingkat antibodi pada periode waktu yang berbeda, menentukan kemungkinan infeksi ulang. Hasilnya, informasi berikut diperoleh: infeksi ulang dengan virus corona di lingkungan endemik dapat terjadi dalam jangka waktu 3 bulan hingga 5 tahun setelah lonjakan maksimum antibodi. Indikator rata-rata adalah 16 bulan.

Periode ketika seseorang dapat terinfeksi lagi merupakan indikator yang sangat penting bagi seluruh kesehatan masyarakat. Karena penyebaran pandemi infeksi virus corona terus berlanjut, kekambuhan infeksi kemungkinan akan diamati di mana-mana. Para ilmuwan sangat menyarankan: untuk menahan penularan patogen, termasuk di antara orang-orang yang telah pulih, perlu untuk mengarahkan semua upaya untuk mempercepat vaksinasi. Ini adalah satu-satunya cara untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat COVID-19. Secara umum, menurut para ahli, risiko infeksi ulang sangat bergantung pada keadaan sistem kekebalan tubuh manusia, penetrasi massal patogen ke dalam tubuh, kekebalan silang, kategori usia, dll. Sayangnya, selama penelitian, para ilmuwan tidak dapat mencakup semua faktor ini dan interaksinya. Namun, pekerjaan akan terus berlanjut, dan segera kedokteran akan dapat membuat perkiraan dan memodelkan epidemiologi, memperingatkan kemungkinan konsekuensi dan mencegah infeksi ulang.

Studi lengkap tersedia di The Lancet