Studi menunjukkan bahwa hepatitis E dapat ditularkan melalui hubungan seksual

Para peneliti menemukan bahwa virus hepatitis E (HEV) dikaitkan dengan sperma pada babi, yang menunjukkan bahwa virus tersebut dapat ditularkan secara seksual dan dikaitkan dengan infertilitas pria. Penemuan baru ini dipublikasikan dalam jurnal PLOS Pathogens.

Hepatitis E merupakan penyebab utama infeksi virus hati akut pada manusia di seluruh dunia, terutama di wilayah berkembang dengan sanitasi yang buruk. Virus ini juga endemik pada babi di Amerika Serikat, meskipun virus ini lebih banyak terdapat di organ daripada otot dan dapat dibunuh dengan cara memasak dagingnya.

Karena hepatitis E dikaitkan dengan komplikasi kehamilan yang fatal dan laporan infertilitas pria di negara berkembang, para peneliti di Ohio State University mempelajari penularannya pada babi, yang anatomi reproduksinya mirip dengan manusia.

Setelah menginfeksi babi dengan HEV, tim menemukan bahwa virus tersebut beredar dalam darah dan dikeluarkan melalui feses, yang berarti babi terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala klinis — kasus tanpa gejala juga umum terjadi pada manusia. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa HEV terdapat pada kepala sperma, dan partikel virus yang sama ini dapat menginfeksi sel hati manusia dalam kultur dan mulai bereplikasi.

"Studi kami adalah yang pertama kali menunjukkan adanya hubungan antara virus hepatitis E dengan sel sperma," kata penulis pertama Kush Yadav, yang melakukan penelitian tersebut sebagai bagian dari disertasi doktoralnya di Ohio State Food Animal Health Center.

Penelitian selanjutnya akan difokuskan pada pemahaman hubungan mekanis antara virus hepatitis E dan kepala sperma, serta menggunakan model hewan untuk menguji apakah virus dapat ditularkan secara seksual. Hal ini masih belum diketahui dalam konteks manusia.

Organisme yang ditularkan secara seksual dapat berlindung di testis, tempat mereka dilindungi oleh penghalang darah-testis yang tidak dapat dilintasi sel imun. Selain masalah kehamilan dan reproduksi yang terkait dengan HEV, ada indikasi bahwa virus tersebut juga dapat menyebabkan gangguan pankreas dan neurologis pada manusia.

Yadav bekerja di laboratorium Scott Kenny, penulis senior penelitian ini dan seorang profesor madya kedokteran pencegahan hewan di Ohio State University. Kenny mempelajari HEV dan virus lain pada hewan, terutama yang dapat menginfeksi manusia.

Dengan menggunakan mikroskop fluoresensi untuk memeriksa air mani babi 84 hari setelah infeksi HEV, Yadav menemukan partikel virus yang terkait dengan sedikitnya 19% sperma yang dikumpulkan dari babi yang terinfeksi.

"Kami tidak dapat memastikan apakah virus tersebut berada di luar atau di dalam sperma," katanya. "Kami tidak tahu apakah virus hepatitis E dapat menyelesaikan siklus replikasinya di kepala sperma, jadi kami pikir sperma lebih merupakan pembawa daripada sel yang rentan."

Studi tersebut juga menemukan bahwa keberadaan HEV dikaitkan dengan kerusakan sperma, yang berpotensi mengubah strukturnya dan mengurangi kemampuannya untuk bergerak melalui cairan mani. Akan tetapi, para peneliti belum dapat mengatakan bahwa perubahan ini secara langsung menyebabkan masalah kesuburan, meskipun hubungan antara infeksi HEV dan infertilitas pria menunjukkan kemungkinan ini.

Yadav menyarankan untuk menguji pasangan seksual dari wanita hamil yang hasil tesnya positif HEV, meskipun para ilmuwan belum memastikan apakah virus tersebut dapat ditularkan secara seksual.

Ada juga implikasi untuk industri babi, karena sebagian besar anak babi komersial diproduksi melalui inseminasi buatan, dengan sperma donor didistribusikan dari peternakan pembiakan besar.

"Ini mungkin menjadi bagian dari masalah endemis HEV di seluruh negeri dan menimbulkan pertanyaan apakah hal ini mengurangi kapasitas reproduksi babi," kata Kenny.

"Karena HEV tidak menyebabkan kerusakan yang cukup pada babi hingga membatasi keuntungan produksi, saya tidak melihat industri babi melakukan vaksinasi massal terhadap virus hepatitis E, tetapi jika kita dapat menerapkan beberapa penyaringan atau vaksinasi yang hemat biaya pada peternakan pembiakan ini, mungkin kita dapat mengurangi masuknya virus ke dalam kawanan baru."