Vaksinasi flu: 12 mitos yang paling populer

Seperti yang ditunjukkan oleh statistik medis, hanya 1% warga Ukraina yang mau menerima suntikan vaksin flu. Hal ini bukan hanya karena kecerobohan mendasar mereka terhadap kesehatan, tetapi juga karena mitos-mitos tentang vaksinasi yang sering kita baca dan dengar dari berbagai sumber. Sudah saatnya untuk akhirnya mengetahui kebenaran tentang apa itu suntikan vaksin flu.

Mitos 1: Vaksin flu dapat menyebabkan flu

Benar. Orang-orang bingung ketika mengetahui bahwa suntikan flu mengandung virus flu, tetapi bukan virus hidup. Mereka mengira akan tertular flu dari suntikan tersebut. Namun, Anda harus tahu bahwa suntikan flu hanya mengandung virus flu yang tidak aktif. Vaksin tersebut tidak dapat menyebabkan infeksi.

Studi yang membandingkan orang yang sudah disuntik vaksin flu dengan orang yang diberi larutan air garam (plasebo) menunjukkan bahwa mereka yang telah menerima vaksin flu mengalami kemerahan di tempat suntikan dan nyeri di lengan. Mereka tidak mengalami nyeri tubuh, demam, batuk, pilek, atau sakit tenggorokan yang umum terjadi pada penderita flu.

Mitos 2: Suntikan vaksin flu tidak membantu.

Benar. Sebagian orang percaya bahwa tidak ada gunanya mendapatkan vaksin flu setelah bulan November, karena musim dingin telah tiba dan sistem kekebalan tubuh tidak punya waktu untuk mempersiapkan diri dengan vaksin. Namun para ahli mengatakan bahwa lebih baik mendapatkan vaksin flu segera setelah Anda siap (kecuali jika ada kontraindikasi, tentu saja). Vaksin flu dapat sangat membantu meskipun virus flu sedang aktif beredar di sekitar Anda.

Waktu musim flu berbeda-beda setiap tahunnya. Flu musiman biasanya mencapai puncaknya pada bulan Januari atau Februari, tetapi beberapa orang baru terserang flu pada bulan Mei. Jadi, suntikan flu dapat membantu kapan saja sepanjang tahun.

Mitos 3: Suntikan vaksin flu akan melindungi Anda dari penyakit tersebut selama bertahun-tahun.

Benar. Hanya karena Anda mendapat suntikan vaksin flu tahun lalu, bukan berarti Anda terlindungi tahun ini. Virus flu berubah dari tahun ke tahun, yang berarti vaksin flu perlu diperbarui setiap tahun.

Mitos 4: Suntikan vaksin flu membuat tindakan pencegahan lain tidak diperlukan.

Benar. Meskipun Anda sudah mendapatkan vaksin flu terbaru, para ilmuwan mengatakan penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan penyebaran kuman dan virus setiap hari. Termasuk yang menyebabkan flu. Tindakan pencegahan sederhana meliputi:

• tutupi mulut dan hidung Anda saat batuk atau bersin
• menjauhlah dari orang yang sedang sakit
• Cuci tangan Anda sesering mungkin dengan sabun dan air - atau gunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol, yang sekarang tersedia di supermarket mana pun.

Mitos 5: Anda hanya perlu suntikan vaksin flu ketika semua orang di sekitar Anda sakit.

Benar. Sebagian orang mengira mereka hanya perlu vaksin flu saat semua orang di sekitar mereka sakit flu. Namun, jika Anda menunggu hingga orang lain sakit, mungkin sudah terlambat untuk melindungi diri sendiri. Tubuh Anda memerlukan waktu sekitar dua minggu untuk menyesuaikan diri dengan vaksin dan mulai memberikan perlindungan penuh pada tubuh Anda.

Mitos 6: Anak-anak harus mendapatkan suntikan vaksin flu sejak mereka lahir.

Benar. Anak-anak di bawah usia enam bulan sangat berisiko terkena serangan flu. Namun sayangnya, mereka masih terlalu muda untuk mendapatkan vaksin flu. Cara terbaik untuk melindungi mereka dari flu adalah dengan memastikan anggota keluarga lainnya divaksinasi.

Mitos 7: Suntikan vaksin flu tidak begitu efektif.

Benar. Suntikan flu tidak bekerja sepanjang tahun, tetapi penelitian menunjukkan bahwa mendapatkan suntikan tersebut dapat mengurangi kemungkinan Anda terkena flu hingga 90 persen. Itu sangat besar, lho. Vaksin ini sedikit kurang efektif untuk orang dewasa yang lebih tua dan anak-anak, tetapi dapat membantu mereka menghindari komplikasi serius akibat flu bahkan jika mereka terkena flu.

Mitos 8: Semua orang harus mendapatkan vaksin flu

Benar. Dokter tidak merekomendasikan suntikan flu untuk semua orang, kecuali mereka yang berusia di atas enam bulan. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada orang yang memiliki alergi parah terhadap telur ayam atau zat lain dalam vaksin atau yang telah menunjukkan reaksi alergi parah terhadap suntikan flu sebelumnya. Suntikan flu juga tidak boleh diberikan kepada mereka yang penyakitnya saat ini dalam tahap akut atau yang belum mengalami penyakit sebelumnya selama dua minggu.

Mitos 9: Vaksin flu menyebabkan autisme

Benar. Beberapa suntikan flu mengandung thimerosal, pengawet yang mengandung merkuri yang telah dikaitkan dengan masalah kesehatan termasuk autisme. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa dosis rendah thimerosal tidak berbahaya, hanya menyebabkan kemerahan dan pembengkakan di tempat suntikan. Banyak penelitian telah menunjukkan tidak ada hubungan antara thimerosal dan autisme.

Mitos 10: Satu suntikan vaksin flu sudah cukup

Benar. Hanya diperlukan satu vaksin flu tahun ini, dan kebanyakan orang hanya mendapatkan satu suntikan setiap tahun. Namun, anak-anak berusia enam bulan hingga sembilan tahun yang belum pernah menerima vaksin flu musiman harus mendapatkan dua suntikan flu, dengan jarak setidaknya empat minggu.

Mitos 11: Obat antivirus membuat suntikan flu tidak diperlukan

Benar. Ya, pil antivirus, cairan, serbuk, dan inhaler umumnya digunakan untuk mengobati gejala flu jika seseorang belum mendapatkan suntikan flu. Namun dalam praktiknya, ini hanyalah garis pertahanan kedua terhadap flu. Dan obat-obatan ini biasanya hanya bekerja jika diminum dalam dua hari pertama serangan flu.

Mitos 12: Vaksin flu adalah satu-satunya pilihan perlindungan yang dapat diandalkan

Benar. Jika Anda tidak suka disuntik, Anda juga dapat menggunakan semprotan hidung sebagai vaksin. Semprotan ini sangat baik untuk melindungi anak-anak sehat berusia 2 tahun ke atas dan orang dewasa berusia 49 tahun ke bawah dari flu. Jika Anda hamil atau lebih tua, Anda harus membicarakan kemungkinan mendapatkan suntikan flu dengan dokter Anda.

Seperti yang kita lihat, suntikan flu tidaklah menakutkan. Jadi mari kita berpedoman pada fakta dan akal sehat.