SARS atau flu: siapa yang lebih kuat?

Infeksi rhinovirus dianggap sebagai salah satu agen penyebab paling umum dari infeksi saluran pernapasan akut. Patut dicatat bahwa rhinovirus mengaktifkan pertahanan antivirus di dalam tubuh, sehingga mencegah perkembangan flu musiman pada manusia. Informasi ini diumumkan oleh staf Universitas Yale.

Penyebaran besar-besaran COVID-19 telah menarik sebagian besar ilmuwan untuk melakukan studi menyeluruh tentang semua sisi kemungkinan penyebaran penyakit virus pernapasan. Penelitian juga membahas gangguan virus - fenomena spesifik dari kekebalan sel untuk menggandakan infeksi jika sudah terinfeksi virus lain. Jenis gangguan heterolog mengasumsikan bahwa infeksi dengan satu virus membuat virus kedua mustahil untuk mereplikasi (baik terkait atau tidak).

Sekitar sepuluh tahun yang lalu, selama periode aktivitas massal flu babi H1N1 di Meksiko dan Amerika Serikat, gelombang besar di negara-negara Eropa tidak terjadi. Para ilmuwan berasumsi bahwa pandemi tidak terjadi di Eropa, karena pada periode yang sama terjadi lonjakan kejadian rhinovirus.

Ilmuwan dari Universitas Yale, dipimpin oleh Dr. Foxman, telah mempelajari sejarah medis lebih dari 13.000 pasien yang dirawat karena infeksi saluran pernafasan di Rumah Sakit New Haven selama tiga tahun. Ditemukan bahwa selama musim epidemiologis peredaran beberapa jenis virus, pasien yang didiagnosis dengan rhinovirus secara praktis tidak tertular flu.

Untuk menguji interaksi infeksi rhinovirus dan influenza, laboratorium spesialis mengembangkan jaringan epitel sel induk yang melapisi sistem pernapasan manusia. Ngomong-ngomong, itu adalah orang yang menjadi target utama infeksi virus pernapasan. Dalam kultur sel yang dihasilkan, para ilmuwan memperkenalkan rhinovirus, dan tiga hari kemudian - virus influenza . Infeksi yang pertama kali diperkenalkan pada hari ketiga infeksi memicu perkembangan reaksi interferon dalam kultur sel, yang menyebabkan penurunan sekitar 50 ribu kali lipat dalam viral load H1N1 pada hari kelima setelah cedera rhinovirus. Jadi, perlindungan antivirus telah diaktifkan bahkan sebelum virus influenza masuk, jadi tidak ada peluang untuk itu.

Oleh karena itu, para ahli dapat memperoleh bukti bahwa satu infeksi virus pernapasan mampu memblokir infeksi dengan patogen lain, karena menstimulasi perlindungan antivirus pada jaringan mukosa sistem pernapasan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ciri-ciri gangguan virus dapat berdampak signifikan pada situasi epidemi. Dan fakta ini harus diperhitungkan ketika memikirkan skala tindakan terkait penyebaran influenza musiman bersamaan dengan situasi pandemi yang sedang berlangsung di sekitar COVID-19.

Informasi tersedia di halaman jurnal medis The Lancet