Keanehan perjalanan infeksi virus pada penderita diabetes

Kadar glukosa darah yang tinggi menghambat aktivitas imunosit dalam sistem paru-paru.

Diketahui bahwa keberadaan diabetes jenis apa pun memperburuk perjalanan infeksi virus: pasien lebih sering terdeteksi mengalami lesi pada sistem pernapasan, dan flu yang sama menular jauh lebih parah. Mengapa ini terjadi?

Para ahli medis yang mewakili Institut Weizmann telah menyiapkan beberapa percobaan pada hewan pengerat yang didiagnosis menderita diabetes melitus dari berbagai jenis. Hewan pengerat tersebut terinfeksi berbagai penyakit infeksi pernapasan. Seperti yang diharapkan, hewan yang menderita diabetes mengalami kesulitan untuk menoleransi penyakit tersebut dan beberapa di antaranya bahkan mati. Respons kekebalan mereka yang relatif lemah terhadap infeksi yang menyerang dicatat, dan paru-paru mengalami kerusakan yang lebih parah dan luas. Setelah menganalisis aktivitas gen dalam sel-sel jaringan paru-paru, para ilmuwan mengidentifikasi struktur dendritik imun yang menelan patogen - misalnya, virus influenza atau virus korona, - kemudian mendaur ulangnya dan melepaskan partikel virus yang tidak diinginkan (puing-puing). Partikel-partikel ini "dirasakan" oleh pembunuh-T oleh reseptor, yang tampaknya membiasakan diri dengan "tamu tak diundang". Dengan kata lain, struktur dendritik memberikan sifat imunostimulasi pada antigen.

Antigen juga terdeteksi pada sel normal, meskipun struktur dendritik menampilkannya dengan cara khusus. Selain itu, tanpa struktur tersebut, imunosit tidak menunjukkan keyakinan bahwa partikel yang tidak dikenal dapat menimbulkan bahaya. Ternyata sel dendritik bertanggung jawab atas kekuatan respons imun.

Selama percobaan, para ilmuwan menemukan bahwa struktur paru-paru dendritik terpengaruh secara negatif oleh peningkatan kadar glukosa darah. Pertama-tama, hal itu memiliki efek penghambatan pada gen dalam sel dendritik, dan sebagian besar situs DNA menjadi sulit diproses. Situs-situs ini mengkodekan berbagai gen, banyak di antaranya mengendalikan penyajian antigen dan aktivasi sel pembunuh T. Hasilnya adalah respons imun yang melemah terhadap invasi virus.

Terkait infeksi virus corona, diabetes melitus tidak meningkatkan risiko infeksi. Namun, penderita diabetes memiliki risiko komplikasi dan penurunan kondisi akut yang lebih tinggi pada latar belakang COVID-19. Munculnya komplikasi mungkin disebabkan oleh aktivitas patogenik dari patogen itu sendiri, dan penurunan proses metabolisme dan fungsi kardiovaskular pada latar belakang penyakit menular.

Kemungkinan besar masalah ini dapat diperbaiki dengan pemberian obat penurun glukosa darah sebelumnya. Namun, tidak semua kadar glukosa pasien merespons pengobatan dengan baik, sehingga diperlukan uji klinis lanjutan di area ini.

Artikel selengkapnya tersedia di jurnal Nature